Pages

Senin, 22 Juli 2013

30 Keutamaan Shalat Tarawih


Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
  • Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
  • Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
  • Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.’
  • Di malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.
  • Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid al-Aqsha.
  • Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
  • Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan kemenangannya atas Firaun dan Haman.
  • Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
  • Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
  • Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
  • Di malam kedua belas, ia datang pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.
  • Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
  • Di malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
  • Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi.
  • Di malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
  • Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
  • Di malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’
  • Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga Firdaus.
  • Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
  • Di malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya gedung dari cahaya.
  • Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
  • Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
  • Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
  • Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
  • Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
  • Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
  • Di malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
  • Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
  • Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’
Dikutif dari kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17.

TEKS HADITS

عن علي بن ابي طالب رضي الله تعالى عنه أنه قال : ” سئل النبي عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح فى شهر رمضان فقال
يخرج المؤمن ذنبه فى اول ليلة كيوم ولدته أمه
وفى الليلة الثانية يغفر له وللأبوية ان كانا مؤمنين
وفى الليلة الثالثة ينادى ملك من تحت العرش؛ استأنف العمل غفر الله ماتقدم من ذنبك
وفى الليلة الرابعة له من الاجر مثل قراءة التوراه والانجيل والزابور والفرقان
وفى الليلة الخامسة أعطاه الله تعالى مثل من صلى في المسجد الحرام ومسجد المدينة والمسجد الاقصى
وفى الليلة السادسة اعطاه الله تعالى ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له كل حجر ومدر
وفى الليلة السابعة فكأنما أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان
وفى الليلة الثامنة أعطاه الله تعالى ما أعطى ابراهيم عليه السلام
وفى الليلة التاسعة فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبى عليه الصلاة والسلام
وفى الليلة العاشرة يرزقة الله تعالى خير الدنيا والآخرة
وفى الليلة الحادية عشر يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه
وفى الليلة الثانية عشر جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر
وفى الليلة الثالثة عشر جاء يوم القيامة آمنا من كل سوء
وفى الليلة الرابعة عشر جاءت الملائكة يشهدون له أنه قد صلى التراويح فلا يحاسبه الله يوم القيامة
وفى الليلة الخامسة عشر تصلى عليه الملائكة وحملة العرش والكرسى
وفى الليلة السادسة عشر كتب الله له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول فى الجنة
وفى الليلة السابعة عشر يعطى مثل ثواب الأنبياء
وفى الليلة الثامنة عشر نادى الملك ياعبدالله أن رضى عنك وعن والديك
وفى الليلة التاسعة عشر يرفع الله درجاته فى الفردوس
وفى الليلة العشرين يعطى ثواب الشهداء والصالحين
وفى الليلة الحادية والعشرين بنى الله له بيتا فى الجنة من النور
وفى الليلة الثانية والعشرين جاء يوم القيامة آمنا من كل غم وهم
وفى الليلة الثالثة والعشرين بنى الله له مدينة فى الجنة
وفى الليلة الرابعة والعشرين كان له اربعه وعشرون دعوة مستجابة
وفى الليلة الخامسة والعشرين يرفع الله تعالى عنه عذاب القبر
وفى الليلة السادسة والعشرين يرفع الله له ثوابه أربعين عاما
وفى الليلة السابعة والعشرين جاز يوم القيامة على السراط كالبرق الخاطف
وفى الليلة الثامنة والعشرين يرفع الله له ألف درجة فى الجنة
وفى الليلة التاسعة والعشرين اعطاه الله ثواب الف حجة مقبولة
وفى الليلة الثلاثين يقول الله : ياعبدى كل من ثمار الجنة واغتسل من مياه السلسبيل واشرب من الكوثرأنا ربك وأنت عبدى”

Sabtu, 20 Juli 2013

Perjuangan Membumikan Cinta-Nya


Mencintai memang sarat makna dan rasa. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Mencintai berarti perjuangan dan pengorbanan. Mau berlelah-lelah hingga memetik hasil yang baik. Tidak sekedar baik, tetapi juga indah dan spektakuler. Begitulah energi cinta beraksi, yang semuanya tidak dapat diterjemahkan dengan goresan pena semata. Hanya Ia-lah yang sanggup memaknai dengan sebenar-benar makna. Ya.... karena cinta itu milik-Nya, Ia-lah yang mampu menghidupkannya dan mengokohkannya, layaknya pohon yang menjulang tinggi, yang siapapun tak sanggup menumbangkannya tanpa kehendak-Nya. Ya, karena cinta-Nya, semua ini ada dan memberi makna terhadap kita.

Dengan cinta, apapun bisa diterobos, dilalui, dan diterjang walau sekuat apapun hadangan ombak, sebesar apapun gelombang penderitaan yang menyapa kita, dan serumit apapun persoalan-persoalan yang menerpa kita. Sesungguhnya, dengan cinta takkan ada dusta, dengan cinta takkan ada nista, dan dengan cinta takkan ada bandingannya kekokohan kita, karena cinta dari-Nya. Ya... karena cinta yang seperti itu hanya bisa kita raih dari-Nya dan kita pun hanya bisa memperolehnya dengan kekuatan cinta dari-Nya.

Cinta yang abadi adalah cinta yang hakiki. Cinta yang hakiki berasal dari Ilahi dan itu telah dihantarkan oleh panutan kita yang terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW. Beliau SAW menghantarkan cinta itu dengan perjuangan yang begitu hebat. Betapa tidak? Siang dan malam tidak henti-hentinya beliau SAW menyeru kepada umatnya untuk bisa merasakan nikmatnya mencintai-Nya. Untuk bisa menikmati celupan agama Islam ini yang diridhoi-Nya. Untuk bisa merasakan ketenangan batin dan kebahagiaan jiwa. Untuk bisa nantinya merasakan keabadian di ujung sana, surga-Nya. Untuk bisa merasakan indahnya berukhuwah. Indahnya berlomba-lomba dalam kebaikan. Indahnya menolong dan membina orang lain. Dan yang paling penting adalah beliau melakukan ini karena kecintaan beliau murni kepada-Nya, yang telah mengaruniai begitu banyak nikmat kepada beliau, termasuk dijaminkan surga oleh-Nya. Nikmat yang tak mampu lagi kata-kata ini melukiskannya.

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” QS. Al-Ahzab ayat 21)

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)

Nabi besar Muhammad SAW amat tidak tega bila melihat umatnya berjalan terseok-seok di jembatan Shirathalmustaqim kelak. Beliau amat tidak rela bila kita, sebagai umatnya, mendapatkan siksaan yang amat pedih di akhirat nanti. Beliau juga amat tidak ingin umatnya sengsara menghadapi hari akhir nanti..., di mana dikumpulkan segala macam bukti perbuatan kita, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Juga, beliau amat ingin kita bersanding dengan beliau di surga-Nya, menjadi para tentara Allah di dunia, dan mereguk kenikmatan yang abadi di akhirat nanti. Berdampingan juga di majelis-majelis yang Allah SWT muliakan kelak. Majelis-majelis yang penuh dengan kebahagiaan dan cahaya keridhoan dari-Nya. Bayangkan sahabat, sungguh betapa cintanya nabi besar Muhammad SAW kepada kita, umatnya ini. Beliau rela bersebrangan dengan para anggota keluarganya yang belum mau menerima cahaya Islam. Beliau juga berlapang dada ketika dijauhi oleh sanak saudara dan dianggap orang “gila”. Beliau juga berlapang dada ketika para pamannya, seperti Abu Lahab, Abu Sufyan, dan Abu Jahal beserta keluarganya, menghinanya dan mengganggunya. Pun, beliau ridho menerima bahwa kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kaltsum, diceraikan oleh kedua suaminya, yaitu Utbah dan Utaibah, putra dari Abu Lahab. Beliau juga ridho diolok-olok oleh kaum kafir Quraisy yang membencinya. Juga, beliau berlapang dada dan bersabar ketika dicaci maki dan dihujat sana-sini oleh orang-orang di sekelilingnya. Pun, beliau ridho ketika sekembalinya dari Thaif menuju Makah (karena tidak jadi berhijrah ke sana) dilempari batu oleh orang-orang yang tidak menyukai beliau SAW. Bayangkan sahabat, betapa tak ternilai pengorbanannabi besar Muhammad  SAW dan para sahabat di masa itu, demi kita, umatnya, bisa meraih ketinggian agama Islam ini. Betapa kokoh dan gigihnya nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat berjuang menghadapi berbagai macam goncangan dan benturan di kala itu. Betapa perih dan pedihnya jalan-jalan yang beliau SAW dan para sahabat lewati di jalan dakwah ini. Dan pula, betapa kuatnya ketahanan ruhiyah beliau SAW dan para sahabat miliki dalam melalui hari-hari yang penuh dengan rintangan dan cobaan di masa itu. Semua itu dilakukan hanya untuk-Nya dan juga untuk kita, umatnya... yang beliau amat kasihi dan tidak rela bila kita merasakan kesulitan dan kesusahan kelak, baik di dunia dan di akhirat.

Lantas..., bila sedemikian keras dan uletnya beliau nabi kita Muhammad SAW dan para sahabat berjuang demi kita, umatnya, layakkah kita menyia-nyiakan perjuangan mereka?.... Layakkah kita berleha-leha tidak mau menyambung dakwah ini?... Pantaskah kita saat ini berdiam diri demi hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi semata?... Layakkah kita mengubur impian-impian para pendahulu kita.... semoga Allah selalu merahmati mereka yang telah dipancangkan begitu harum dan tinggi tentang keberkahan umat yang mereka sayangi.

Tentu tidak sahabat..... Betapa lemahnya diri ini bila tidak mau melanjutkan perjuangan beliau. Betapa kita sebenarnya telah mengecewakan para pendahulu kita bila kita tidak berupaya dengan sungguh-sungguh dalam membumikan dakwah ini. Betapa kita tidak tahu berterima kasih kepada para pendahulu kita, yang kita cintai, yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka sepenuhnya demi dakwah ini. Betapa kita telah menyia-nyiakan segala nikmat yang kita terima bila kita tidak bersungguh-sungguh bersama-sama mengusung panji dakwah ini.

Renungkanlah sahabat, atas perjuangan-perjuangan kita belakangan ini. Sudahkah kita berupaya dengan seoptimal mungkin? Sudahkah kita memberikan waktu-waktu utama yang kita miliki hanya untuk dakwah ini? Sudahkah perjuangan-perjuangan kita dirasakan manfaatnya oleh saudara-saudara kita semua? Renungkanlah sahabat.

Maka hendaknya kita selalu mengintrospeksi diri, bermuhasabah, atas segala upaya dakwah yang telah kita lakukan saat ini. Bersama-sama dengan saudara-saudara kita yang lain, mari kita terus berjuang tiada henti, tinggalkan rasa malas, dan tingkatkan produktivitas dakwah kita agar kita bisa melihat wajah-Nya dan bersanding dengan beliau SAW beserta para pendahulu kita.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” QS. Al-Anfal ayat 60)




Kamis, 18 Juli 2013

Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha



Disela-sela kita mengkaji sirah tentang kehebatan kehidupan insan agung bernama Muhammad bin Abdulllah Shalallahu Alaihi Wasalam, Nabi dan Rasul terakhir  utusan Allah kepada kita. Ataupun kesetiaan Abu Bakar As-siddiq, ketegasan Umar Al-Khatab dan kisah Sayyidina Ali yang bersemangat, disana terselip kisah-kisah wanita hebat di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Mungkin kisah-kisah sahabiyah ini jarang kita dengar, namun dibalik kisah sahabiyah ini terselip seribu satu hikmah dan pelajaran untuk menjadi contoh nyata  bagi yang mendambakan surga dan ridha Allah. Kali ini sedikit mari kita melirik  kisah Ummu Salamah Radhiyallahu Anha. Wanita yang kesabaran dan ketabahannya membuahkan balasan yang agung.
 
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan identitas Ummu Salamah:
“ Ummu Salamah adalah wanita terhormat, berhijab dan suci. Namanya Hindun binti Abu Umayyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-Makhzumiyah. Ummu Salamah merupakan sepupu  Khalid bin Walid yang digelari Pedang Allah dan Abu Jahal bin Hisyam. Dia termasuk wanita yang pertama kali berhijrah. Sebelum menjadi isteri Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, Ummu Salamah menikah dengan Abu Salamah bin Abdul Asad Aal-Makhzumi, seorang lelaki yang soleh.”

Mari kita melirik sejenak kehidupan Ummu Salamah sebelum kedatangan islam. Ummu Salamah adalah seorang wanita yang sangat terhormat dan mulia. Berasal dari keluarga yang terhormat kerena beliau berasal dari bani Makhzum. Ayahnya juga adalah seorang tokoh Quraisy yang dermawan dan pemurah dan selalu memberi bekal kepada musafir yang kehabisan bekal. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang dermawan membuat Ummu Salamah menjadi seorang yang dermawan, mempunyai hati yang bersih serta sangat memahami  arti belas kasih sehingga memancarlah kebaikan dan kemurahan hatinya kepada manusia.
 
Sejak kecil Ummu Salamah sudah menampakkan keperibadian yang kuat untuk menjadi wanita terhormat. Beliau juga memiliki rupa paras yang cantik jelita. Setelah  dewasa, Ummu Salamah dipinang oleh Abdullah (Abu Salamah) bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Abu Salamah merupakan seorang pemuda Quraisy yang terkenal dengan kepiawaian beliau menunggang kuda. Beliau juga merupakan saudara  sesusuan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Pernikahan Hindun (Ummu Salamah) dan Abu Salamah dilangsungkan dan mereka hidup bahagia. Setelah Islam tersebar di Mekah, Ummu Salamah dan suaminya termasuk di antara orang-orang awal yang mengikrarkan iman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
 
Ketika hendak berhijrah ke Madinah, Ummu Salamah dan suaminya mengalami peristiwa yang amat memilukan. Ketika Abu Salamah, Ummu Salamah dan putera mereka, Salamah bin Abu Salamah sedang mempersipkan bekal menuju ke Madinah, terjadilah perselisihan antara keluarga bani Asad dan Bani Mughirah. Keluarga bani Mughirah (keluarga Ummu Salamah) tidak mengizinkan Abu Salamah membawa Ummu Salamah hijrah ke Madinah oleh karena larangan tersebut  Bani Asad (keluarga Abu Salamah) mengambil kebijakan bahwa anak mereka (Salamah) harus ikut bersama bani Asad, maka Abu Salamah pun melanjutkan perjalanannya hijrah ke Madinah. Adapun  Ummu Salamah dibawa pulang oleh keluarganya (Bani Mughirah) yang akhirnya harus terpisah dari anak dan suaminya. Namun begitu Ummu Salamah diberi kesabaran yang tinggi untuk terus sabar melalui ujian itu. Sejak terpisah dengan suami dan anaknya, setiap pagi Ummu Salamah pergi ke tanah lapang dan duduk sambil menangis. Hal itu dilakukan selama setahun sehingga pada suatu hari salah seorang sepupunya dari Bani Mughirah melihatnya dan berkata kepada keluarga Bani Mughirah yang lainnya:
Tidakkah kalian merasa simpati terhadap wanita malang itu? Kalian telah memisahkannya dari suami dan anaknya
 
Tidak lama setelah itu keluarga bani Mughirah mengizinkan Ummu Salamah untuk bertemu suaminya di Madinah. Keluarga Bani Asad pun mengembalikan puteranya Salamah kepada Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah berangkat bersama puteranya keluar bertemu suaminya. Beliau memulai perjalanan sendirian dan hanya ditemani puteranya yang masih kecil, dan hanya berbekal  tawakkal kepada Allah yang melebihi segala-galanya. Di dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Utsman bin Thalhah dan Utsman membantu perjalanannya sehingga beliau bertemu dengan suami tercinta, Abu Salamah. Setelah bertemu dengan suaminya di Madinah, Ummu Salamah hidup bahagia dan dapat beribadah dengan tenang dan bertaqwa serta menggali setiap bentuk kebaikan daripada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Ummu Salamah berusaha keras mendidik empat anaknya (Zainab, Umar, Salamah dan Durrah) dengan menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah.
 
Ummu Salamah sangat mendukung setiap aktivitas suaminya untuk berjuang di medan jihad. Beliau setia menyembuhkan luka-luka pada badan suaminya seusai peperangan, hingga suatu waktu suaminya mengalami luka parah pada perang Uhud. Ketika Abu Salamah terbaring menanti detik kematian, terjadilah percakapan yang sangat mengharukan antara Abu Salamah dan Ummu Salamah. Ziyad bin Abu Maryam menuturkan, saat itu Ummu Salamah berkata,
“Aku mendengar bahwa jika seorang isteri ditinggal mati oleh suaminya, sementara suaminya itu menjadi penghuni surga, lalu isterinya tidak menikah lagi, maka Allah akan mengumpulkan mereka kembali di dalam surga. Kerana itu aku bersumpah bahwa engkau tidak akan menikah lagi (seandainya aku yang mati terlebih dahulu) dan aku tidak akan menikah lagi setelah engkau mati.”
Abu Salamah berkata, “Apakah engkau akan taat kepadaku?”
Ummu Salamah menjawab, “ya”.
Abu Salamah berkata, Kalau begitu jika aku mati terlebih dahulu maka menikahlah lagi. Ya Allah, jika aku mati maka berilah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik dariku yang tidak akan membuatnya sedih dan tidak akan menyakitinya.”
Tidak lama setelah itu, Abu Salamah meninggal dunia. Allah pun mengabulkan doa Abu Salamah  yang mana Allah mendatangkan insan paling mulia kepada Ummu Salamah. Setelah kematian suaminya, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam datang dan meminang Ummu Salamah. Ummu Salamah menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam dan termasuk dalam keluarga yang mulia lagi suci. Betapa Allah telah memuliakan Ummu Salamah dengan kemuliaan yang melebihi kemewahan dunia dan seluruh isinya. Ummu Salamah menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan barakah bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam. Ummu Salamah menjadi seorang isteri yang sangat baik kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Beliau banyak membantu dakwah Rasulullah, terlebih lagi karena Allah memberikan kepada Ummu Salamah kecerdasan. Diceritakan dalam satu kisah ketika perjanjian Hudaibiyah, setelah selesai menandatangani perjanjian damai dengan kaum musyrik, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam  berkata kepada para sahabatnya,
 
  Bersiap-siaplah, sembelihlah hewan-hewan korban kalian dan cukurlah rambut kalian” 
Namun, saat itu tidak ada seorang pun sahabat yang berdiri dan melaksanakan perintah baginda Shalallahu Alaihi Wasallam walaupun perintah itu diulang sebanyak tiga kali oleh Rasulullah. Melihat tidak ada tindakan dari pihak sahabatnya, maka masuklah Rasulullah ke tenda dan menemui Ummu Salamah, lalu menceritakan kejadian tersebut. Di sinilah Ummu Salamah memainkan peranannya dengan baik sekali. Wanita yang punya pemikiran yang hebat ini menyelamatkan para sahabat dari kemarahan  Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Ummu Salamah berkata:
Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin sahabat-sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah dan jangan berbicara dengan siapa pun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk mencukur rambutmu
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengikut saran Ummu Salamah. Baginda keluar tanpa berbicara dengan siapa pun lalu menyembelih hewan kurbannya serta mencukur rambutnya. Ketika para sahabat melihat tindakan baginda, para sahabat lantas bangkit dan menyembelih hewan korban mereka serta mencukur rambut mereka.
 
Ummu Salamah juga sangat menyayangi orang-orang yang ada disekelilingnya. Beliau akan sentiasa bahagia jika dapat memberi kabar gembira kepada orang sekelilingnya. Beliau juga yang menyampaikan kabar kepada Abu Lubabah bahwa Allah telah menerima taubatnya. Ummu Salamah juga pernah membujuk Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk memaafkan Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umayyah. Ketika mereka berdua ingin menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam di Abwa’, mereka berusaha mengadap baginda namun ketika melihat kedatangan mereka, Rasulullah lantas memalingkan muka karena tidak dapat menerima perlakuan mereka selama ini yang sangat menyakitkan baginda Shalallahu Alaihi Wasallam. Namun Ummu Salamah membujuk Rasulullah dengan berkata:
“Wahai Rasulullah bagaimanapun mereka bukanlah orang yang paling menyakitimu selama ini
Imam Adz-Dzahabi menyebut sifat Ummu Salamah:
Dia dianggap salah seorang ulama generasi sahabat”
Bagaimana Ummu Salamah tidak mencapai darjat setinggi itu, setiap saat beliau mendengar langsung bacaan al-quran dari pada Rasulullah dan mendengar kata-kata Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam dari lisan baginda. Ummu Salamah juga menjadi rujukan para sahabat dalam beberapa persoalan hukum dan fatwa, terutama persoalan yang berkaitan dengan wanita. Ummu Salamah juga meriwayat 378 hadits yang dihafalnya dengan baik.
Ummu Salamah meninggal dunia ketika usianya sekitar 90 tahun dan sempat berada dalam dalam pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin hingga pemerintahan Yazid bin Mu’awiyyah. Imam Adz-Dzahabi berkata:
Dia adalah Ummul Mukminin yang paling akhir meninggal dunia
 
Demikianlah diceritakan kisah hidup wanita agung, Hindun atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Salamah. Betapa kemuliaan akhlaknya, kesucian hatinya dan ketabahannya menjalani ujian kehidupan menjadikan beliau insan yang diagungkan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga diberi tempat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala menjalani kehidupan yang barakah bersama insan mulia Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wasallam. Betapa kematangan pemikiran beliau telah memberikan sumbangsih besar akan keberhasilan dakwah Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wasallam. Semoga ketabahan hatinya, kesetiaannya kepada orang-orang yang ia cintai, kesuciaan hatinya, kesungguhannya menerapkan sifat taqwa dalam diri, kesungguhannya menanamkan rasa cinta anak-anaknya kepada Allah dan Rasullah menjadi teladan buat kita yang sentiasa mendamba ridha Ilahi.

Usamah Panglima Termuda Islam Besar di Medan Tempur Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw

USAMAH BIN ZAID

Sepintas nama ini kita baca pada hadits yang membicarakan tentang keutamaan bulan Sya’ban, terlebih Nishfu Sya’ban. Ya beliaulah sahabat Nabi Saw. bernama Sayyidina Usamah bin Zaid. Berikut ini kami tuliskan sekelumit dari biografinya. Semoga bermanfaat.

a. Usamah Panglima Termuda Islam

Usamah bin Zaid benar-benar menapaktilasi perjuangan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika kecil, mereka sama-sama dicintai Rasulullah Saw. Pada puncak perjuangan, mereka sama-sama diangkat menjadi panglima perang. Bedanya, sang ayah wafat di medan perang, sementara Usamah wafat di Madinah dalam keadaan damai. Penunjukan Rasulullah Saw. terhadap Usamah bin Zaid untuk menjadi panglima perang yang akan memerangi Kabilah Qudha’ah yang membantu tentara Romawi di perbatasan Syria, menuai reaksi tajam dari para sahabat Anshar. Mereka tidak rela berada di bawah komando seseorang yang baru berumur 20 tahun. Maka, setelah Rasulullah wafat, perintah itu dipertanyakan oleh para sahabat senior: “Benarkah Rasulullah mengangkat anak itu menjadi pemimpin bagi orang-orang terdahulu dari Muhajirin dan Anshar?” Mereka merasa jauh lebih senior, sehingga minta agar dipilih panglima yang lebih tua dari Usamah. Oleh karena itu mereka menghubungi sahabat Umar bin Khaththab agar meneruskannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, yang telah diangkat menjadi pemimpin kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah Saw. Walaupun Rasulullah Saw. sudah wafat, perintah beliau sudah diberikan sebelumnya, sehingga harus ditaati oleh seluruh kaum muslimin. Pesan itu disampaikan oleh Umar kepada Abu Bakar, namun Abu Bakar menolak permintaan tersebut. “Itu perintah Rasulullah, aku tidak berani melanggarnya,” ujar Abu Bakar. Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar, orang-orang Anshar memutuskan akan menarik diri. Kepada mereka, Abu Bakar tetap menegaskan sikapnya: “Aku tetap mengutus pasukan Usamah seperti perintah Rasulullah Saw., meski binatang buas menerkam diriku.” Jauh sebelum itu Rasulullah Saw. sendiri juga sudah menegaskan keputusannya itu, dengan mengatakan. “Bila kalian mencela keputusanku mengangkat Usamah, itu berarti kalian juga mencela pengangkatanku kepada ayahnya, Zain bin Haritsah, pada Perang Mut’ah. Demi Allah, Zaid pantas jadi pemimpin, begitu juga dengan anaknya, Usamah,” ujar Rasulullah di tengah kondisi badannya yang sedang demam tinggi. Setelah itu Rasulullah berpulang menghadap Ilahi. Pengangkatan Usamah menjadi panglima perang itu terjadi pada tahun ke-11 Hijriyyah di Madinah. Namun pemberangkatannya ke medan jihad tertunda karena wafatnya Rasulullah. Setelah terjadi peperangan, terbukti, Usamah memang bukan pilihan sembarangan Rasulullah. Ia memperlihatkan kualifikasinya sebagai panglima perang yang andal. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin dengan gilang-gemilang. Usamah masih hidup ketika Utsman Ra. menjadi khalifah ketiga

b. Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw.

Usamah adalah putra Zaid dari hasil pernikahannya dengan Ummu Aiman. Sedangkan Ummu Aiman adalah wanita yang mengasuh Rasulullah setelah beliau ditinggal wafat ibunya, Aminah. Tak mengherankan bila kemudian, setelah diangkat menjadi utusan Allah Swt., Rasulullah Saw. menyebut Ummu Aiman dengan kata-kata: “Dia adalah ibuku, dia adalah shahibul baytku.” Sedangkan Zaid termasuk angkatan pertama yang masuk Islam, sehingga sangat disayang Rasulullah Saw. dan bahkan diangkat sebagai anak angkat dan pada gilirannya menjadi sahabat dekat. Maka wajar beliau sangat bergembira menyambut kelahiran Usamah, yang lahir pada tahun ke-7 sebelum hijrah. Rasulullah Saw. memperlakukan Usamah bagai anak sendiri.

c. Besar di Medan Tempur

Karier awal Usamah sebagai tentara muslim dimulai pada perang Khandak. Ketika terjadi Fathu Makkah, Rasulullah Saw. masuk ke Makkah dengan mengendarai unta dan Usamah berada duduk di belakang beliau. Sungguh suatu kehormatan yang tiada tara bagi Usamah. Sedangkan Bilal bin Rabah, yang terkenal sebagai muadzin pertama, berada di sampingnya. Usamah juga menyaksikan sendiri ketika ayahnya ditunjuk Rasulullah Saw. menjadi panglima perang dalam Perang Mut’ah bersama Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Sedangkan ia sendiri menjadi salah satu komandan pasukan. Dalam pertempuran itu ketiga panglima tersebut menemui syahid. Khalid bin Walid, yang menerima tongkat kepemimpinan pasukan setelahnya, lantas menarik mundur pasukan muslim ke Madinah. Usamah ikut mundur setelah mendapatkan kuda tunggangan ayahnya. Dampak dari kekalahan tersebut, mental kaum muslimin jatuh. Banyak yang menyalahkan Khalid mengapa memutuskan menarik mundur pasukan kaum muslimin. Untuk menggugah dan memotivasi mental pasukan kaum muslimin, Rasulullah Saw. pada tahun ke-11 Hijriyyah, setelah haji wada’, memerintahkan kaum muslimin bersiap menahan laju tentara Romawi di Syam. Di dalam barisan itu ada sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah dan yang lainnya. Namun Rasulullah Saw. menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Waktu itu bulan Shafar tahun ke-11 Hijriyyah. Rasulullah Saw. memanggil Usamah untuk mengangkatnya sebagai panglima. “Pergilah ke tempat ayahmu dibunuh. Aku telah mengangkatmu menjadi panglima pasukan ini,” demikian perintah Rasulullah Saw. Perintah tersebut dijunjung tinggi oleh Usamah. Ia lantas menyiapkan pasukannya di luar kota Madinah di suatu tempat yang bernama al-Jurf sampai junjungannya itu wafat tak lama kemudian. Empat puluh tiga tahun kemudian, di tempat itu pulalah Usamah mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 54 Hijriyyah. Tempat terbaik telah disediakan oleh Allah Swt. untuk Usamah sebagai balasan atas ketaatan dan perjuangannya.
CS : GUS Sya'roni As Samfuriy

Kamis, 11 Juli 2013

KUMPULAN SHALAWAT NABI

SHALAWAT IBRAHIMIYAH


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ
في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

Artinya : Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Enfkau memberi kasih sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya diantara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

SHALAWAT NARIYAH TAFRIJIYAH


أللّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.

SHALAWAT FATIH

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أَغْلَقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارُهُ عَظِيْمٌ
Artinya: Ya Allah curahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dapat membuka sesuatu yang terkunci, penutup dari semua yang terdahulu, penolong kebenaran dengan jalan yang benar, dan petunjuk kepada jalanMu yang lurus.

Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar-benar kekuasaanNya yang Maha Agung.


SHALAWAT MUNJIYAT

HUKUM MEMBACA SHALAWAT MUNJIYAT

Menurut Muhammad bin Abdul Ghoffar Al-Syarif, profesor fakultas Syariah Universitas Kuwait, membaca shalawat munjiyat itu baik sebagaimana membaca shalawat yang lain. Karena membaca shalawat itu dianjurkan oleh Allah. Dalam Al-Ahzab :56 Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Dr. Muhammad As-Syarif selanjutnya mengatakan:

ولما سأل الصحابة رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم كيف يصلون عليه ؟ علمهم الصيغة المعروفة بالصلاة الإبراهيمية " اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد " . واستحب كثير من العلماء إضافة لفظ السيادة إلى اسمه العزيز . وهي أفضل صيغ الصلاة عليه ، ولكنه لم يمنع من غيرها من الصيغ .
وكذلك الأمر بالدعاء جاء مطلقا " وقال ربكم ادعوني استجب لكم "

فلا بأس ان تداوم على الصلاة المذكورة ، بالصيغة التي ذكرتها ، لأنها مجربة وواردة عن بعض أولياء الله ، واظب عليها العارفون والصالحون من عباد الله . ويفضل ان تطلب بها إجازة ممن يملك إجازة بها - والله أعلم - .
Arti ringkasan (paragraf akhir): Tidak apa-apa membaca shalawat (munjiyat) tersebut karena ia telah dipakai dan berasal dari sebagian aulia Allah dan dijadikan amalan oleh hamba-hamba Allah dari kalangan afif dan shalih.

TEKS ARAB SHALAWAT MUNJIYAT


اللَهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحمَدٍ صَلاَةٌ تُنْجيْنَا بِهَا مِنَ جَمِيْعَ الأهَوْاَلِ وَالأَفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بها جَمِيعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيّئاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَي الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصَي الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيرَاتِ فِي الحَيَاةِ
وَبَعْدَ المَمَاتِ برحمتك يا أرحم الراحمين

TEKS LATIN SHALAWAT MUNJIYAT

Allohumma sholli ‘ala syaiyidina muhammad sholatan tunjina biha min jami’il ahwali wal afat wataqdilana biha jami’il hajat watutohhiruna biha min jami’is syayyiat
watarfa’una biha a’lad darojat watuballi ghuna biha aqshol ghoyat min jami’il khoiroti fil hayati waba’dal mamat. Birohmatika ya Arhamar Rahimin.

Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kita dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan yang dengan rahmat itu Engkau akan mendatangkan kepada kita hajat, Yang dengan rahmat itu Engkau akan membersihkan kita dari semua keburukan/kesalahan. Yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kita kepada setinggi-tinggi derajat.Yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kita kepada sesempurna-sempurnanya semua maksud dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati.

SEJARAH SHALAWAT MUNJIYAT

Shalawat munjiyat adalah shalat yang dibuat oleh ulama sufi dari tariqat Asy-Syadzili yaitu Syaikh Shalih Musa Al-Dharir. Kisah mendapatkan/terciptanya shalawat munjiyat ini adalah sebagai berikut:

عن الشيخ الصالح موسى الضرير رحمه الله، قال : ركبت البحر الملح وقامت علينا ريح قل من ينجو منها من الغرق وضج الناسفغلبتني عيني فنمت فرايت الني صلى الله عليه وسلم وهو يقول : قل لأهل المركب يقولوا ألف مرة { اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات وتقضي لنا بها جميع الحاجات ... االخ } فاستيقطت وأعلمت أهل المركب بالرؤيا فصلينا بها ثلثمائة مرة ففرج الله عنا

وللعلم انا جربتها في احدات ثورة 17 فبراير المجيدة وصليت بيها في حدود 200 مرة والحمد لله ربي تقبل مني ونجانا من طغيان ومكر الي مايتسمى هو واعوانه
فأكثرو اخوتي منها حتى ينجينا الله من كل كرب وبلاء



SHALAWAT ANNUR ADZ-DZATI (النور الذاتي)

Oleh Abul Hasan Asy-Syadzili


اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الذَّاتِي وَالسِّرِّ السَّارِي فِي سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ

SHALAWAT AL-KAMALIYAH

اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ كَمَالِ الله وَكَمَا يَلِيقُ بِكَمَالِهِ

SHALAWAT AL-IN'AM

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ إِنْعَامِ الله وَأِفْضَالِهِ


SHALAWAT AHMAD AL-BADAWI

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ

HUKUM MEMBACA SHALAWAT

1. Wajib.
a. Hukum membaca  SHALAWAT IBRAHIMIYAH itu wajib (a) pada saat tahiyat akhir shalat. Baik shalat fardhu yang lima waktu maupun shalat sunnah.
b. Wajib membaca shalawat sekali seumur hidup.[1]
c. Wajib mengucapkan shalawat ketika mendengar nama Nabi Muhammad disebut, menurut pendapat Imam Tahawi.

2. Sunnah muakkad pada situasi di luar shalat.


DASAR HUKUM SHALAWAT

1. Qur'an Al-Ahzab 33:56

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَ؄ُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

2. Hadits:

أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم عليّ صلاة

Artinya: Sebaik-baik manusia padaku di hari kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat. (HR Tirmidzi)

3. Hadits:

البخيل من ذُكرتُ عندَه ثم لم يصلّ عليّ

Artinya: Orang yang pelit adalah orang yang tidak mengucapkan shalawat saat namaku disebut (HR Ahmad bin Hanbal dalam Musnad)

MAKNA DEFINISI SHALAWAT

Secara etimologis shalawat adalah bentuk jamak dari bentuk tunggal shalah (الصلاة) yang berarti doa (lihat: Al-Mu'jamul Wasith). Secara terminologis, shalawat memiliki sejumlah pengertian antara lain sebagai berikut:

a. Shalawat dari Allah kepada manusia yang bermakna memberi rahmat seperti dalam QS Al-Ahzab 33:43.
b. Shalawat dari malaikat kepada umat Islam (mukminin) yang bermakna permohonan ampun malaikut untuk umat Islam.
c. Shalawat dari seorang muslim kepada muslim yang lain yang bermakna doa seperti dalam QS At-Taubah 9:103.
d. Shalawat dari manusia kepada Allah yang bermakna ibadah khusus pada Allah dalam waktu dan cara tertentu sesuai syariah seperti dalam QS Al-Kautsar 108:2.

Ibnu Hajar al-Makki menyimpulkan makna shalawat sebagai berikut: shalawat dari Allah berarti rahmat, dari malaikat dan manusia berarti doa atau permohonan rahmat untuk Nabi Muhammad.[2]
====================
CATATAN AKHIR DAN RUJUKAN:

[1] Al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurtubi mengatakan: لا خلاف في وجوبها في العمر مرة، وأَنها واجبة في كل حين وجوب السنن المؤكدة.
[2] ابن حجر المكي dalam الجوهر المنظم في زيارة القبر الشريف النبوي المكرم