Imam Ali r.a
Ilmu adalah warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan para raja dan orang kaya.
Ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta menjaga hartanya.
Ilmu adalah penguasa atas harta, sedang harta tidak berkuasa atas ilmu.
Harta bisa habis dengan sebab dibelanjakan, sedangkan ilmu justru bertambah dengan diajarkan.
Pemilik harta jika telah meninggal dunia, ia berpisah dengan hartanya,
sedangkan ilmu mengiringinya masuk ke dalam kubur bersama para
pemiliknya.
Harta bisa didapatkan oleh siapa saja, baik orang
ber-iman, kafir, orang shalih dan orang jahat, sedangkan ilmu yang
bermanfaat hanya didapatkan oleh orang yang beriman saja.
Sesungguhnya jiwa menjadi lebih mulia dan bersih dengan mendapatkan
ilmu, itulah kesempurnaan diri dan kemuliaannya. Sedangkan harta tidak
membersihkan dirinya, tidak pula menambahkan sifat kesempurnaan dirinya,
malah jiwanya menjadi berkurang dan kikir dengan mengumpulkan harta dan
menginginkannya. Jadi keinginannya kepada ilmu adalah inti
kesempurnaan-nya dan keinginannya kepada harta adalah ketidak-sempurnaan
dirinya.
Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah
akar seluruh ketaatan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar
berbagai kesalahan.
Sesungguhnya orang berilmu mengajak manusia
kepada Allah Azza wa Jalla dengan ilmunya dan akhlaknya, sedangkan
orang kaya mengajak manusia ke Neraka dengan harta dan sikapnya.
Sesungguhnya yang dihasilkan dengan kekayaan harta adalah kelezatan
binatang. Jika pemiliknya mencari kelezatan dengan mengumpulkannya,
itulah kelezatan ilusi. Jika pemiliknya mengumpulkan dengan
mengguna-kannya untuk memenuhi kebutuhan syahwatnya, itulah kelezatan
binatang. Sedangkan kelezatan ilmu, ia adalah kelezatan akal plus ruhani
yang mirip dengan kelezatan para Malaikat dan kegembiraan mereka. Di
antara kedua kelezatan tersebut (kelezatan harta dan ilmu) terdapat
perbedaan yang sangat mencolok.
Pages
▼
Jumat, 16 Agustus 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
Cara Untuk mengetahui malam Lailatul Qadar menurut Imam Al Ghazali
Mengenai ketentuan waktu kapan malam Lailatul Qadar itu terjadi, tidak ada ketetapan secara pasti dalam tanggal-tanggal Ramadhan. Akan tetapi kesepakatan paraulama, bahwa malam istiwema itu ada dalam satu diantra malam-malam bulan Ramadhan, dan pendapat ulama yang kuat mengatakan; malam Lailatul Qadar itu terjadi salah satu diantara malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (21, 23, 25, 27, dan 29)
Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah swt. Hanya saja, Rasulullah saw. mengisyaratkan dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر
الأواخر من رمضان
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari
terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radhiyallahu 'anha )
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim
disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ
العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ هذا لفظ البخاري
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, Rasulullah saw. mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli
isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Demikian menurut lafadz imam Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha. :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ
فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ رواه مسلم
“Rasulullah saw. bersungguh-sungguh dalam
sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan
lainnya.”
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu 'anha
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ
العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله
“Bahwasanya Nabi saw. senantiasa beri’tikaf pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sampai Allah mewafatkan beliau.”
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda
beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي
الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam
ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR. Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha ).
عَنِ ابْنِ عَمْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَافىِ لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW, bersaabda: barang siapa mencari malam lailatul qadar, maka seyogyanya mencari pada malam ke-27 bulan ramadhan (Hadits Hasan, riwayat Ahmad:4577).
Ubay bin Ka’ab r.a, juga meriwayatkan bahwa malam qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan:
عَنْ اُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Dari Ubay bin Ka’ab r.a, ia berkata: “malam Qadar adalah
malam tanggal 27 (ramadhan)”. (Hadits Hasan, riwayat Ahmad:20265)Riwayat
ini didukung pula oleh hadits Zar bin Hubaisy yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim:
قَالَ اُبَيّ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللهِ اِنِّي لَا اَعْلَمُهَا قَالَ شُعْبَةُ وَاَكْبَرُ عِلْمِي هِيَ اَللَّيْلَةُ الَّتِي اَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Ubay bin Ka’ab berkata tentang malam Qadar: “demi Allah sungguh aku mengetahuinya, syu’bah r.a, berkata: “pengetahuanku yang paling utama adalah tentang suatu malam yang Rasulullah s.a.w, memerintahkan kepada kami untuk menghidupkannya (malam qadar) adalah malam tanggal 27 (Ramadhan)”. (Hadits Shahih, riwayat Muslim:2000).
Menurut pengalaman para ulama dalam menemukan lailatul qadar dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar
bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan :
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan
2. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 21 Ramadhan
3. Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 25 Ramadhan
4. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 23 Ramadhan
5. Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa atau Jumat maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.
Menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar jatuh
pada malam Rabu, 6 Agustus 2013 atau malam 29 Ramadhan 1434 H, karena awal Ramadhan
adalah malam Rabu, 10 Juli 2013. Wallahu A'lamu bi Muradihi...