Ada
seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, ia telah kembali ke
tanah air, sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk
mencari seorang guru agama (ustadz)/siapapun yang bisa menjawab 3
pertanyaan darinya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.
Pemuda : (Dengan nada sombong pemuda itu bertanya) Anda siapa...?? Dan apakah bisa menjawab
pertanyaan saya...??
Ustadz : Saya hanya hamba ALLAH & dengan izinnya saya akan menjawab pertanyaan Anda.
Pemuda : (Tetap dengan nada sombong) Anda yakin....?? Sedang profesor
& banyak orang pintar
saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Ustadz : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya...!!
Pemuda : Saya punya 3 buah pertanyaan...?
1. Kalau memang TUHAN itu ada, tunjukkan wujud TUHAN kepada saya?
2. Apakah yang dinamakan TAKDIR...??
3. Kalau SETAN diciptakan dari api, kenapa dimasukan ke neraka yang
dibuat dari api,
tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka
memiliki unsur yang sama?
Apakah TUHAN tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba pemuka agama tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.
(sambil menahan sakit) si Pemuda berkata :
Pemuda : Kenapa...?? Anda marah kepada saya...??
Ustadz : Saya tidak marah...!!! Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda
ajukan kepada saya...!!
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti...??!!
Ustadz : Bagaimana rasanya tamparan saya...??!!
Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit...!!
Ustadz : Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada...?!!
Pemuda : Ya... Percaya...!!
Ustadz : Tunjukan pada saya wujud sakit itu...??!!
Pemuda : Saya tidak bisa...!!
Ustadz : Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan TUHAN tanpa
mampu melihat wujudnya.
Ustadz : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya..??!!
Pemuda : Tidak...!!
Ustadz : Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini...??!!
Pemuda : Tidak...!!
Ustadz : Itulah yang dinamakan TAKDIR...!!
Ustadz : Terbuat dari apakah tangan yang saya gunakan untuk menampar anda...??!!
Pemuda : Kulit...!!
Ustadz : Terbuat dari apa pipi Anda...??!!
Pemuda : Kulit...!!
Ustadz : Bagaimana rasanya tamparan saya...??!!
Pemuda : Sakit...!!
Ustadz : Walaupun setan terbuat dari api dan neraka terbuat dari api,
jika TUHAN berkehendak,
maka neraka akan menjadi tempat menyakitkan bagi
setan.
MASIHKAH ANDA MERAGUKAN KEHADIRAN 'TUHAN' DALAM HARI-HARI ANDA ?
Sampaikanlah kepada orang lain, maka ini akan menjadi Shadaqah Jariyah
pada setiap orang yang Anda kirimkan pesan ini. Dan apabila kemudian dia
mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari
kiamat...
SUBHANALLAH...
Semoga ALLAH senantiasa
membimbing kita agar tetap istiqomah dalam melakukan kebaikan dan
memberikan kelapangan hati kita untuk menjadikan kita pribadi yang luar
biasa. Aamiinn...
Pages
▼
Minggu, 06 Oktober 2013
Jumat, 16 Agustus 2013
Imam Ali radhiyallahu anhu
Imam Ali r.a
Ilmu adalah warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan para raja dan orang kaya.
Ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta menjaga hartanya.
Ilmu adalah penguasa atas harta, sedang harta tidak berkuasa atas ilmu.
Harta bisa habis dengan sebab dibelanjakan, sedangkan ilmu justru bertambah dengan diajarkan.
Pemilik harta jika telah meninggal dunia, ia berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu mengiringinya masuk ke dalam kubur bersama para pemiliknya.
Harta bisa didapatkan oleh siapa saja, baik orang ber-iman, kafir, orang shalih dan orang jahat, sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya didapatkan oleh orang yang beriman saja.
Sesungguhnya jiwa menjadi lebih mulia dan bersih dengan mendapatkan ilmu, itulah kesempurnaan diri dan kemuliaannya. Sedangkan harta tidak membersihkan dirinya, tidak pula menambahkan sifat kesempurnaan dirinya, malah jiwanya menjadi berkurang dan kikir dengan mengumpulkan harta dan menginginkannya. Jadi keinginannya kepada ilmu adalah inti kesempurnaan-nya dan keinginannya kepada harta adalah ketidak-sempurnaan dirinya.
Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar seluruh ketaatan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar berbagai kesalahan.
Sesungguhnya orang berilmu mengajak manusia kepada Allah Azza wa Jalla dengan ilmunya dan akhlaknya, sedangkan orang kaya mengajak manusia ke Neraka dengan harta dan sikapnya.
Sesungguhnya yang dihasilkan dengan kekayaan harta adalah kelezatan binatang. Jika pemiliknya mencari kelezatan dengan mengumpulkannya, itulah kelezatan ilusi. Jika pemiliknya mengumpulkan dengan mengguna-kannya untuk memenuhi kebutuhan syahwatnya, itulah kelezatan binatang. Sedangkan kelezatan ilmu, ia adalah kelezatan akal plus ruhani yang mirip dengan kelezatan para Malaikat dan kegembiraan mereka. Di antara kedua kelezatan tersebut (kelezatan harta dan ilmu) terdapat perbedaan yang sangat mencolok.
Ilmu adalah warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan para raja dan orang kaya.
Ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta menjaga hartanya.
Ilmu adalah penguasa atas harta, sedang harta tidak berkuasa atas ilmu.
Harta bisa habis dengan sebab dibelanjakan, sedangkan ilmu justru bertambah dengan diajarkan.
Pemilik harta jika telah meninggal dunia, ia berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu mengiringinya masuk ke dalam kubur bersama para pemiliknya.
Harta bisa didapatkan oleh siapa saja, baik orang ber-iman, kafir, orang shalih dan orang jahat, sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya didapatkan oleh orang yang beriman saja.
Sesungguhnya jiwa menjadi lebih mulia dan bersih dengan mendapatkan ilmu, itulah kesempurnaan diri dan kemuliaannya. Sedangkan harta tidak membersihkan dirinya, tidak pula menambahkan sifat kesempurnaan dirinya, malah jiwanya menjadi berkurang dan kikir dengan mengumpulkan harta dan menginginkannya. Jadi keinginannya kepada ilmu adalah inti kesempurnaan-nya dan keinginannya kepada harta adalah ketidak-sempurnaan dirinya.
Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar seluruh ketaatan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar berbagai kesalahan.
Sesungguhnya orang berilmu mengajak manusia kepada Allah Azza wa Jalla dengan ilmunya dan akhlaknya, sedangkan orang kaya mengajak manusia ke Neraka dengan harta dan sikapnya.
Sesungguhnya yang dihasilkan dengan kekayaan harta adalah kelezatan binatang. Jika pemiliknya mencari kelezatan dengan mengumpulkannya, itulah kelezatan ilusi. Jika pemiliknya mengumpulkan dengan mengguna-kannya untuk memenuhi kebutuhan syahwatnya, itulah kelezatan binatang. Sedangkan kelezatan ilmu, ia adalah kelezatan akal plus ruhani yang mirip dengan kelezatan para Malaikat dan kegembiraan mereka. Di antara kedua kelezatan tersebut (kelezatan harta dan ilmu) terdapat perbedaan yang sangat mencolok.
Minggu, 04 Agustus 2013
Cara Untuk mengetahui malam Lailatul Qadar menurut Imam Al Ghazali
Mengenai ketentuan waktu kapan malam Lailatul Qadar itu terjadi, tidak ada ketetapan secara pasti dalam tanggal-tanggal Ramadhan. Akan tetapi kesepakatan paraulama, bahwa malam istiwema itu ada dalam satu diantra malam-malam bulan Ramadhan, dan pendapat ulama yang kuat mengatakan; malam Lailatul Qadar itu terjadi salah satu diantara malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (21, 23, 25, 27, dan 29)
Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah swt. Hanya saja, Rasulullah saw. mengisyaratkan dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر
الأواخر من رمضان
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari
terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radhiyallahu 'anha )
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim
disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ
العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ هذا لفظ البخاري
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, Rasulullah saw. mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli
isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Demikian menurut lafadz imam Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha. :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ
فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ رواه مسلم
“Rasulullah saw. bersungguh-sungguh dalam
sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan
lainnya.”
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu 'anha
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ
العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله
“Bahwasanya Nabi saw. senantiasa beri’tikaf pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sampai Allah mewafatkan beliau.”
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda
beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي
الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam
ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR. Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha ).
عَنِ ابْنِ عَمْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَافىِ لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW, bersaabda: barang siapa mencari malam lailatul qadar, maka seyogyanya mencari pada malam ke-27 bulan ramadhan (Hadits Hasan, riwayat Ahmad:4577).
Ubay bin Ka’ab r.a, juga meriwayatkan bahwa malam qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan:
عَنْ اُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Dari Ubay bin Ka’ab r.a, ia berkata: “malam Qadar adalah
malam tanggal 27 (ramadhan)”. (Hadits Hasan, riwayat Ahmad:20265)Riwayat
ini didukung pula oleh hadits Zar bin Hubaisy yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim:
قَالَ اُبَيّ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللهِ اِنِّي لَا اَعْلَمُهَا قَالَ شُعْبَةُ وَاَكْبَرُ عِلْمِي هِيَ اَللَّيْلَةُ الَّتِي اَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Ubay bin Ka’ab berkata tentang malam Qadar: “demi Allah sungguh aku mengetahuinya, syu’bah r.a, berkata: “pengetahuanku yang paling utama adalah tentang suatu malam yang Rasulullah s.a.w, memerintahkan kepada kami untuk menghidupkannya (malam qadar) adalah malam tanggal 27 (Ramadhan)”. (Hadits Shahih, riwayat Muslim:2000).
Menurut pengalaman para ulama dalam menemukan lailatul qadar dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar
bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan :
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan
2. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 21 Ramadhan
3. Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 25 Ramadhan
4. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam 23 Ramadhan
5. Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa atau Jumat maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.
Menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar jatuh
pada malam Rabu, 6 Agustus 2013 atau malam 29 Ramadhan 1434 H, karena awal Ramadhan
adalah malam Rabu, 10 Juli 2013. Wallahu A'lamu bi Muradihi...
Senin, 22 Juli 2013
30 Keutamaan Shalat Tarawih
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
- Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
- Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
- Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.’
- Di malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.
- Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid al-Aqsha.
- Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
- Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan kemenangannya atas Firaun dan Haman.
- Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
- Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
- Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
- Di malam kedua belas, ia datang pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.
- Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
- Di malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
- Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi.
- Di malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
- Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
- Di malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’
- Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga Firdaus.
- Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
- Di malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya gedung dari cahaya.
- Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
- Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
- Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
- Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
- Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
- Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
- Di malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
- Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
- Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’
TEKS HADITS
عن علي بن ابي طالب رضي الله تعالى عنه أنه قال : ” سئل النبي عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح فى شهر رمضان فقال
يخرج المؤمن ذنبه فى اول ليلة كيوم ولدته أمه
وفى الليلة الثانية يغفر له وللأبوية ان كانا مؤمنين
وفى الليلة الثالثة ينادى ملك من تحت العرش؛ استأنف العمل غفر الله ماتقدم من ذنبك
وفى الليلة الرابعة له من الاجر مثل قراءة التوراه والانجيل والزابور والفرقان
وفى الليلة الخامسة أعطاه الله تعالى مثل من صلى في المسجد الحرام ومسجد المدينة والمسجد الاقصى
وفى الليلة السادسة اعطاه الله تعالى ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له كل حجر ومدر
وفى الليلة السابعة فكأنما أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان
وفى الليلة الثامنة أعطاه الله تعالى ما أعطى ابراهيم عليه السلام
وفى الليلة التاسعة فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبى عليه الصلاة والسلام
وفى الليلة العاشرة يرزقة الله تعالى خير الدنيا والآخرة
وفى الليلة الحادية عشر يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه
وفى الليلة الثانية عشر جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر
وفى الليلة الثالثة عشر جاء يوم القيامة آمنا من كل سوء
وفى الليلة الرابعة عشر جاءت الملائكة يشهدون له أنه قد صلى التراويح فلا يحاسبه الله يوم القيامة
وفى الليلة الخامسة عشر تصلى عليه الملائكة وحملة العرش والكرسى
وفى الليلة السادسة عشر كتب الله له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول فى الجنة
وفى الليلة السابعة عشر يعطى مثل ثواب الأنبياء
وفى الليلة الثامنة عشر نادى الملك ياعبدالله أن رضى عنك وعن والديك
وفى الليلة التاسعة عشر يرفع الله درجاته فى الفردوس
وفى الليلة العشرين يعطى ثواب الشهداء والصالحين
وفى الليلة الحادية والعشرين بنى الله له بيتا فى الجنة من النور
وفى الليلة الثانية والعشرين جاء يوم القيامة آمنا من كل غم وهم
وفى الليلة الثالثة والعشرين بنى الله له مدينة فى الجنة
وفى الليلة الرابعة والعشرين كان له اربعه وعشرون دعوة مستجابة
وفى الليلة الخامسة والعشرين يرفع الله تعالى عنه عذاب القبر
وفى الليلة السادسة والعشرين يرفع الله له ثوابه أربعين عاما
وفى الليلة السابعة والعشرين جاز يوم القيامة على السراط كالبرق الخاطف
وفى الليلة الثامنة والعشرين يرفع الله له ألف درجة فى الجنة
وفى الليلة التاسعة والعشرين اعطاه الله ثواب الف حجة مقبولة
وفى الليلة الثلاثين يقول الله : ياعبدى كل من ثمار الجنة واغتسل من مياه السلسبيل واشرب من الكوثرأنا ربك وأنت عبدى”
”
Sabtu, 20 Juli 2013
Perjuangan Membumikan Cinta-Nya
Mencintai memang sarat makna dan rasa. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Mencintai berarti perjuangan dan pengorbanan. Mau berlelah-lelah hingga memetik hasil yang baik. Tidak sekedar baik, tetapi juga indah dan spektakuler. Begitulah energi cinta beraksi, yang semuanya tidak dapat diterjemahkan dengan goresan pena semata. Hanya Ia-lah yang sanggup memaknai dengan sebenar-benar makna. Ya.... karena cinta itu milik-Nya, Ia-lah yang mampu menghidupkannya dan mengokohkannya, layaknya pohon yang menjulang tinggi, yang siapapun tak sanggup menumbangkannya tanpa kehendak-Nya. Ya, karena cinta-Nya, semua ini ada dan memberi makna terhadap kita.
Dengan cinta, apapun bisa diterobos, dilalui, dan diterjang walau sekuat apapun hadangan ombak, sebesar apapun gelombang penderitaan yang menyapa kita, dan serumit apapun persoalan-persoalan yang menerpa kita. Sesungguhnya, dengan cinta takkan ada dusta, dengan cinta takkan ada nista, dan dengan cinta takkan ada bandingannya kekokohan kita, karena cinta dari-Nya. Ya... karena cinta yang seperti itu hanya bisa kita raih dari-Nya dan kita pun hanya bisa memperolehnya dengan kekuatan cinta dari-Nya.
Cinta yang abadi adalah cinta yang hakiki. Cinta yang hakiki berasal dari Ilahi dan itu telah dihantarkan oleh panutan kita yang terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW. Beliau SAW menghantarkan cinta itu dengan perjuangan yang begitu hebat. Betapa tidak? Siang dan malam tidak henti-hentinya beliau SAW menyeru kepada umatnya untuk bisa merasakan nikmatnya mencintai-Nya. Untuk bisa menikmati celupan agama Islam ini yang diridhoi-Nya. Untuk bisa merasakan ketenangan batin dan kebahagiaan jiwa. Untuk bisa nantinya merasakan keabadian di ujung sana, surga-Nya. Untuk bisa merasakan indahnya berukhuwah. Indahnya berlomba-lomba dalam kebaikan. Indahnya menolong dan membina orang lain. Dan yang paling penting adalah beliau melakukan ini karena kecintaan beliau murni kepada-Nya, yang telah mengaruniai begitu banyak nikmat kepada beliau, termasuk dijaminkan surga oleh-Nya. Nikmat yang tak mampu lagi kata-kata ini melukiskannya.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” QS. Al-Ahzab ayat 21)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)
Nabi besar Muhammad SAW amat tidak tega bila melihat umatnya berjalan terseok-seok di jembatan Shirathalmustaqim kelak. Beliau amat tidak rela bila kita, sebagai umatnya, mendapatkan siksaan yang amat pedih di akhirat nanti. Beliau juga amat tidak ingin umatnya sengsara menghadapi hari akhir nanti..., di mana dikumpulkan segala macam bukti perbuatan kita, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Juga, beliau amat ingin kita bersanding dengan beliau di surga-Nya, menjadi para tentara Allah di dunia, dan mereguk kenikmatan yang abadi di akhirat nanti. Berdampingan juga di majelis-majelis yang Allah SWT muliakan kelak. Majelis-majelis yang penuh dengan kebahagiaan dan cahaya keridhoan dari-Nya. Bayangkan sahabat, sungguh betapa cintanya nabi besar Muhammad SAW kepada kita, umatnya ini. Beliau rela bersebrangan dengan para anggota keluarganya yang belum mau menerima cahaya Islam. Beliau juga berlapang dada ketika dijauhi oleh sanak saudara dan dianggap orang “gila”. Beliau juga berlapang dada ketika para pamannya, seperti Abu Lahab, Abu Sufyan, dan Abu Jahal beserta keluarganya, menghinanya dan mengganggunya. Pun, beliau ridho menerima bahwa kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kaltsum, diceraikan oleh kedua suaminya, yaitu Utbah dan Utaibah, putra dari Abu Lahab. Beliau juga ridho diolok-olok oleh kaum kafir Quraisy yang membencinya. Juga, beliau berlapang dada dan bersabar ketika dicaci maki dan dihujat sana-sini oleh orang-orang di sekelilingnya. Pun, beliau ridho ketika sekembalinya dari Thaif menuju Makah (karena tidak jadi berhijrah ke sana) dilempari batu oleh orang-orang yang tidak menyukai beliau SAW. Bayangkan sahabat, betapa tak ternilai pengorbanannabi besar Muhammad SAW dan para sahabat di masa itu, demi kita, umatnya, bisa meraih ketinggian agama Islam ini. Betapa kokoh dan gigihnya nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat berjuang menghadapi berbagai macam goncangan dan benturan di kala itu. Betapa perih dan pedihnya jalan-jalan yang beliau SAW dan para sahabat lewati di jalan dakwah ini. Dan pula, betapa kuatnya ketahanan ruhiyah beliau SAW dan para sahabat miliki dalam melalui hari-hari yang penuh dengan rintangan dan cobaan di masa itu. Semua itu dilakukan hanya untuk-Nya dan juga untuk kita, umatnya... yang beliau amat kasihi dan tidak rela bila kita merasakan kesulitan dan kesusahan kelak, baik di dunia dan di akhirat.
Lantas..., bila sedemikian keras dan uletnya beliau nabi kita Muhammad SAW dan para sahabat berjuang demi kita, umatnya, layakkah kita menyia-nyiakan perjuangan mereka?.... Layakkah kita berleha-leha tidak mau menyambung dakwah ini?... Pantaskah kita saat ini berdiam diri demi hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi semata?... Layakkah kita mengubur impian-impian para pendahulu kita.... semoga Allah selalu merahmati mereka yang telah dipancangkan begitu harum dan tinggi tentang keberkahan umat yang mereka sayangi.
Tentu tidak sahabat..... Betapa lemahnya diri ini bila tidak mau melanjutkan perjuangan beliau. Betapa kita sebenarnya telah mengecewakan para pendahulu kita bila kita tidak berupaya dengan sungguh-sungguh dalam membumikan dakwah ini. Betapa kita tidak tahu berterima kasih kepada para pendahulu kita, yang kita cintai, yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka sepenuhnya demi dakwah ini. Betapa kita telah menyia-nyiakan segala nikmat yang kita terima bila kita tidak bersungguh-sungguh bersama-sama mengusung panji dakwah ini.
Renungkanlah sahabat, atas perjuangan-perjuangan kita belakangan ini. Sudahkah kita berupaya dengan seoptimal mungkin? Sudahkah kita memberikan waktu-waktu utama yang kita miliki hanya untuk dakwah ini? Sudahkah perjuangan-perjuangan kita dirasakan manfaatnya oleh saudara-saudara kita semua? Renungkanlah sahabat.
Maka hendaknya kita selalu mengintrospeksi diri, bermuhasabah, atas segala upaya dakwah yang telah kita lakukan saat ini. Bersama-sama dengan saudara-saudara kita yang lain, mari kita terus berjuang tiada henti, tinggalkan rasa malas, dan tingkatkan produktivitas dakwah kita agar kita bisa melihat wajah-Nya dan bersanding dengan beliau SAW beserta para pendahulu kita.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” QS. Al-Anfal ayat 60)
Kamis, 18 Juli 2013
Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha
Disela-sela kita
mengkaji sirah tentang kehebatan kehidupan insan agung bernama Muhammad bin Abdulllah
Shalallahu Alaihi Wasalam, Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah kepada kita. Ataupun kesetiaan Abu Bakar
As-siddiq, ketegasan Umar Al-Khatab dan kisah Sayyidina Ali yang bersemangat, disana terselip
kisah-kisah wanita hebat di
zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Mungkin kisah-kisah sahabiyah ini jarang kita dengar, namun dibalik kisah sahabiyah ini terselip seribu
satu hikmah dan pelajaran untuk menjadi contoh nyata bagi yang mendambakan surga dan ridha Allah. Kali ini sedikit
mari kita melirik kisah Ummu Salamah Radhiyallahu Anha. Wanita yang kesabaran dan ketabahannya membuahkan balasan yang agung.
Imam Adz-Dzahabi
menjelaskan identitas Ummu Salamah:
“ Ummu
Salamah adalah wanita terhormat, berhijab dan suci. Namanya Hindun binti Abu
Umayyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah
Al-Makhzumiyah. Ummu Salamah merupakan sepupu
Khalid bin Walid yang digelari Pedang Allah dan Abu
Jahal bin Hisyam. Dia termasuk wanita yang pertama kali berhijrah. Sebelum menjadi
isteri Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, Ummu Salamah menikah dengan Abu
Salamah bin Abdul Asad Aal-Makhzumi, seorang lelaki yang soleh.”
Mari kita melirik
sejenak kehidupan Ummu Salamah sebelum kedatangan islam. Ummu Salamah adalah
seorang wanita yang sangat terhormat dan mulia. Berasal
dari keluarga yang terhormat kerena beliau berasal dari bani Makhzum. Ayahnya
juga adalah seorang tokoh Quraisy yang dermawan dan pemurah dan selalu memberi
bekal kepada musafir yang kehabisan bekal. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang dermawan membuat Ummu Salamah menjadi seorang yang dermawan, mempunyai
hati yang bersih serta sangat memahami
arti belas kasih sehingga memancarlah kebaikan dan kemurahan hatinya
kepada manusia.
Sejak kecil Ummu
Salamah sudah menampakkan keperibadian yang kuat untuk menjadi wanita
terhormat. Beliau juga memiliki rupa paras yang cantik jelita. Setelah dewasa, Ummu Salamah dipinang oleh Abdullah
(Abu Salamah) bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Abu
Salamah merupakan seorang pemuda Quraisy yang terkenal dengan kepiawaian beliau menunggang
kuda. Beliau juga merupakan
saudara sesusuan Nabi Muhammad Salallahu
Alaihi Wasallam. Pernikahan Hindun
(Ummu Salamah) dan Abu Salamah dilangsungkan dan mereka hidup bahagia. Setelah
Islam tersebar di Mekah, Ummu Salamah dan suaminya termasuk di antara orang-orang awal yang mengikrarkan iman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ketika hendak
berhijrah ke Madinah, Ummu Salamah dan suaminya mengalami peristiwa yang amat
memilukan. Ketika Abu Salamah, Ummu Salamah dan putera mereka, Salamah bin Abu
Salamah sedang mempersipkan bekal menuju ke Madinah, terjadilah perselisihan
antara keluarga bani Asad dan Bani Mughirah. Keluarga bani Mughirah (keluarga
Ummu Salamah) tidak mengizinkan Abu Salamah membawa Ummu Salamah hijrah ke
Madinah oleh karena larangan tersebut Bani Asad (keluarga Abu
Salamah) mengambil kebijakan bahwa anak mereka (Salamah) harus ikut bersama bani
Asad, maka Abu Salamah pun melanjutkan perjalanannya hijrah ke Madinah. Adapun Ummu Salamah dibawa pulang oleh keluarganya (Bani Mughirah) yang
akhirnya harus terpisah dari anak dan suaminya. Namun begitu Ummu Salamah
diberi kesabaran yang tinggi untuk terus sabar melalui ujian itu. Sejak terpisah
dengan suami dan anaknya, setiap pagi Ummu Salamah pergi ke tanah lapang dan
duduk sambil menangis. Hal itu dilakukan selama setahun sehingga pada suatu
hari salah seorang sepupunya dari Bani Mughirah melihatnya dan berkata kepada keluarga Bani Mughirah yang lainnya:
“Tidakkah kalian merasa simpati terhadap
wanita malang itu? Kalian telah memisahkannya dari suami dan anaknya”
Tidak lama setelah
itu keluarga bani Mughirah mengizinkan Ummu Salamah untuk bertemu suaminya di Madinah.
Keluarga Bani
Asad pun mengembalikan puteranya Salamah kepada Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah
berangkat bersama puteranya keluar bertemu suaminya. Beliau memulai perjalanan
sendirian dan hanya ditemani puteranya yang masih kecil, dan hanya berbekal tawakkal kepada Allah yang melebihi
segala-galanya. Di dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Utsman bin Thalhah dan
Utsman membantu perjalanannya sehingga beliau bertemu dengan suami tercinta,
Abu Salamah. Setelah bertemu dengan suaminya di Madinah, Ummu Salamah hidup
bahagia dan dapat beribadah dengan tenang dan bertaqwa serta menggali setiap
bentuk kebaikan daripada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Ummu Salamah berusaha keras mendidik empat anaknya (Zainab, Umar,
Salamah dan Durrah) dengan menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah.
Ummu Salamah sangat
mendukung setiap aktivitas suaminya untuk berjuang di medan jihad. Beliau setia menyembuhkan
luka-luka pada badan suaminya seusai peperangan, hingga suatu waktu suaminya
mengalami luka parah pada perang Uhud. Ketika Abu Salamah terbaring menanti
detik kematian, terjadilah percakapan yang sangat mengharukan antara Abu
Salamah dan Ummu Salamah. Ziyad bin Abu Maryam menuturkan, saat itu Ummu
Salamah berkata,
“Aku mendengar bahwa
jika seorang isteri ditinggal mati oleh suaminya, sementara suaminya itu
menjadi penghuni surga, lalu isterinya tidak menikah lagi, maka Allah akan
mengumpulkan mereka kembali di dalam surga. Kerana itu aku bersumpah bahwa
engkau tidak akan menikah lagi (seandainya aku yang mati terlebih dahulu) dan
aku tidak akan menikah lagi setelah engkau mati.”
Abu Salamah
berkata, “Apakah engkau akan taat kepadaku?”
Ummu Salamah
menjawab, “ya”.
Abu Salamah
berkata, “Kalau
begitu jika aku mati terlebih dahulu maka menikahlah lagi. Ya Allah, jika aku mati
maka berilah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik dariku yang tidak akan
membuatnya sedih dan tidak akan menyakitinya.”
Tidak lama setelah
itu, Abu Salamah meninggal dunia. Allah pun mengabulkan doa Abu Salamah yang mana Allah mendatangkan insan paling
mulia kepada Ummu Salamah. Setelah kematian suaminya, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasalam datang dan meminang Ummu Salamah. Ummu
Salamah menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam dan termasuk dalam
keluarga yang mulia lagi suci. Betapa Allah telah memuliakan Ummu Salamah
dengan kemuliaan yang melebihi kemewahan dunia dan seluruh isinya. Ummu Salamah
menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan barakah bersama Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasalam. Ummu Salamah menjadi seorang isteri
yang sangat baik kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Beliau banyak
membantu dakwah Rasulullah, terlebih lagi karena Allah memberikan kepada Ummu Salamah kecerdasan.
Diceritakan dalam satu kisah ketika perjanjian Hudaibiyah, setelah selesai
menandatangani perjanjian damai dengan kaum musyrik, Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam berkata
kepada para sahabatnya,
“ Bersiap-siaplah,
sembelihlah hewan-hewan korban kalian dan cukurlah rambut kalian”
Namun, saat itu
tidak ada seorang pun sahabat yang berdiri dan melaksanakan perintah baginda Shalallahu Alaihi Wasallam walaupun perintah itu diulang sebanyak tiga kali oleh Rasulullah.
Melihat tidak ada tindakan dari pihak sahabatnya, maka masuklah Rasulullah ke tenda dan menemui Ummu
Salamah, lalu
menceritakan kejadian tersebut. Di sinilah Ummu Salamah memainkan peranannya dengan
baik sekali. Wanita yang punya pemikiran yang hebat ini menyelamatkan para
sahabat dari kemarahan Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam. Ummu Salamah berkata:
“Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin
sahabat-sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah dan jangan berbicara dengan
siapa pun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk mencukur rambutmu”
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengikut saran Ummu
Salamah. Baginda keluar tanpa berbicara dengan siapa pun lalu menyembelih hewan
kurbannya
serta mencukur rambutnya. Ketika para sahabat melihat tindakan baginda, para
sahabat lantas bangkit dan menyembelih hewan korban mereka serta mencukur
rambut mereka.
Ummu Salamah juga
sangat menyayangi orang-orang yang ada disekelilingnya. Beliau akan sentiasa
bahagia jika dapat memberi kabar gembira kepada orang sekelilingnya. Beliau
juga yang menyampaikan kabar kepada Abu Lubabah bahwa Allah telah menerima
taubatnya. Ummu Salamah juga pernah membujuk Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk memaafkan Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umayyah.
Ketika mereka berdua ingin menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam di Abwa’, mereka berusaha mengadap baginda namun ketika melihat
kedatangan mereka, Rasulullah lantas memalingkan muka karena tidak dapat menerima
perlakuan mereka selama ini yang sangat menyakitkan baginda Shalallahu Alaihi
Wasallam. Namun Ummu Salamah membujuk Rasulullah
dengan berkata:
“Wahai Rasulullah bagaimanapun
mereka bukanlah orang yang paling menyakitimu selama ini”
Imam Adz-Dzahabi
menyebut sifat Ummu Salamah:
“Dia dianggap salah seorang ulama generasi
sahabat”
Bagaimana Ummu
Salamah tidak mencapai darjat setinggi itu, setiap saat beliau mendengar
langsung bacaan al-quran dari pada Rasulullah dan mendengar kata-kata Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam dari lisan baginda. Ummu Salamah juga menjadi
rujukan para sahabat dalam beberapa persoalan hukum dan fatwa, terutama
persoalan yang berkaitan dengan wanita. Ummu Salamah juga meriwayat 378 hadits yang dihafalnya dengan
baik.
Ummu Salamah
meninggal dunia ketika usianya sekitar 90 tahun dan sempat berada dalam dalam
pemerintahan Khulafa’ ar-Rasyidin hingga pemerintahan Yazid bin Mu’awiyyah. Imam Adz-Dzahabi
berkata:
“Dia adalah Ummul Mukminin yang paling akhir
meninggal dunia”
Demikianlah
diceritakan kisah hidup wanita agung, Hindun atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Salamah. Betapa
kemuliaan akhlaknya, kesucian hatinya dan ketabahannya menjalani ujian
kehidupan menjadikan beliau insan yang diagungkan dan ditinggikan derajatnya
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga diberi tempat oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala menjalani kehidupan yang barakah bersama insan mulia Rasulullah Shalallahu Aalaihi
Wasallam. Betapa kematangan pemikiran beliau telah memberikan
sumbangsih
besar akan keberhasilan dakwah Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wasallam. Semoga ketabahan
hatinya, kesetiaannya kepada orang-orang yang ia cintai, kesuciaan hatinya,
kesungguhannya menerapkan sifat taqwa dalam diri, kesungguhannya menanamkan
rasa cinta anak-anaknya kepada Allah dan Rasullah menjadi teladan buat kita
yang sentiasa mendamba ridha Ilahi.
Usamah Panglima Termuda Islam Besar di Medan Tempur Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw
USAMAH BIN ZAID
Sepintas nama ini kita baca pada hadits yang membicarakan tentang keutamaan bulan Sya’ban, terlebih Nishfu Sya’ban. Ya beliaulah sahabat Nabi Saw. bernama Sayyidina Usamah bin Zaid. Berikut ini kami tuliskan sekelumit dari biografinya. Semoga bermanfaat.
a. Usamah Panglima Termuda Islam
Usamah bin Zaid benar-benar menapaktilasi perjuangan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika kecil, mereka sama-sama dicintai Rasulullah Saw. Pada puncak perjuangan, mereka sama-sama diangkat menjadi panglima perang. Bedanya, sang ayah wafat di medan perang, sementara Usamah wafat di Madinah dalam keadaan damai. Penunjukan Rasulullah Saw. terhadap Usamah bin Zaid untuk menjadi panglima perang yang akan memerangi Kabilah Qudha’ah yang membantu tentara Romawi di perbatasan Syria, menuai reaksi tajam dari para sahabat Anshar. Mereka tidak rela berada di bawah komando seseorang yang baru berumur 20 tahun. Maka, setelah Rasulullah wafat, perintah itu dipertanyakan oleh para sahabat senior: “Benarkah Rasulullah mengangkat anak itu menjadi pemimpin bagi orang-orang terdahulu dari Muhajirin dan Anshar?” Mereka merasa jauh lebih senior, sehingga minta agar dipilih panglima yang lebih tua dari Usamah. Oleh karena itu mereka menghubungi sahabat Umar bin Khaththab agar meneruskannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, yang telah diangkat menjadi pemimpin kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah Saw. Walaupun Rasulullah Saw. sudah wafat, perintah beliau sudah diberikan sebelumnya, sehingga harus ditaati oleh seluruh kaum muslimin. Pesan itu disampaikan oleh Umar kepada Abu Bakar, namun Abu Bakar menolak permintaan tersebut. “Itu perintah Rasulullah, aku tidak berani melanggarnya,” ujar Abu Bakar. Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar, orang-orang Anshar memutuskan akan menarik diri. Kepada mereka, Abu Bakar tetap menegaskan sikapnya: “Aku tetap mengutus pasukan Usamah seperti perintah Rasulullah Saw., meski binatang buas menerkam diriku.” Jauh sebelum itu Rasulullah Saw. sendiri juga sudah menegaskan keputusannya itu, dengan mengatakan. “Bila kalian mencela keputusanku mengangkat Usamah, itu berarti kalian juga mencela pengangkatanku kepada ayahnya, Zain bin Haritsah, pada Perang Mut’ah. Demi Allah, Zaid pantas jadi pemimpin, begitu juga dengan anaknya, Usamah,” ujar Rasulullah di tengah kondisi badannya yang sedang demam tinggi. Setelah itu Rasulullah berpulang menghadap Ilahi. Pengangkatan Usamah menjadi panglima perang itu terjadi pada tahun ke-11 Hijriyyah di Madinah. Namun pemberangkatannya ke medan jihad tertunda karena wafatnya Rasulullah. Setelah terjadi peperangan, terbukti, Usamah memang bukan pilihan sembarangan Rasulullah. Ia memperlihatkan kualifikasinya sebagai panglima perang yang andal. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin dengan gilang-gemilang. Usamah masih hidup ketika Utsman Ra. menjadi khalifah ketiga
b. Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw.
Usamah adalah putra Zaid dari hasil pernikahannya dengan Ummu Aiman. Sedangkan Ummu Aiman adalah wanita yang mengasuh Rasulullah setelah beliau ditinggal wafat ibunya, Aminah. Tak mengherankan bila kemudian, setelah diangkat menjadi utusan Allah Swt., Rasulullah Saw. menyebut Ummu Aiman dengan kata-kata: “Dia adalah ibuku, dia adalah shahibul baytku.” Sedangkan Zaid termasuk angkatan pertama yang masuk Islam, sehingga sangat disayang Rasulullah Saw. dan bahkan diangkat sebagai anak angkat dan pada gilirannya menjadi sahabat dekat. Maka wajar beliau sangat bergembira menyambut kelahiran Usamah, yang lahir pada tahun ke-7 sebelum hijrah. Rasulullah Saw. memperlakukan Usamah bagai anak sendiri.
c. Besar di Medan Tempur
Karier awal Usamah sebagai tentara muslim dimulai pada perang Khandak. Ketika terjadi Fathu Makkah, Rasulullah Saw. masuk ke Makkah dengan mengendarai unta dan Usamah berada duduk di belakang beliau. Sungguh suatu kehormatan yang tiada tara bagi Usamah. Sedangkan Bilal bin Rabah, yang terkenal sebagai muadzin pertama, berada di sampingnya. Usamah juga menyaksikan sendiri ketika ayahnya ditunjuk Rasulullah Saw. menjadi panglima perang dalam Perang Mut’ah bersama Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Sedangkan ia sendiri menjadi salah satu komandan pasukan. Dalam pertempuran itu ketiga panglima tersebut menemui syahid. Khalid bin Walid, yang menerima tongkat kepemimpinan pasukan setelahnya, lantas menarik mundur pasukan muslim ke Madinah. Usamah ikut mundur setelah mendapatkan kuda tunggangan ayahnya. Dampak dari kekalahan tersebut, mental kaum muslimin jatuh. Banyak yang menyalahkan Khalid mengapa memutuskan menarik mundur pasukan kaum muslimin. Untuk menggugah dan memotivasi mental pasukan kaum muslimin, Rasulullah Saw. pada tahun ke-11 Hijriyyah, setelah haji wada’, memerintahkan kaum muslimin bersiap menahan laju tentara Romawi di Syam. Di dalam barisan itu ada sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah dan yang lainnya. Namun Rasulullah Saw. menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Waktu itu bulan Shafar tahun ke-11 Hijriyyah. Rasulullah Saw. memanggil Usamah untuk mengangkatnya sebagai panglima. “Pergilah ke tempat ayahmu dibunuh. Aku telah mengangkatmu menjadi panglima pasukan ini,” demikian perintah Rasulullah Saw. Perintah tersebut dijunjung tinggi oleh Usamah. Ia lantas menyiapkan pasukannya di luar kota Madinah di suatu tempat yang bernama al-Jurf sampai junjungannya itu wafat tak lama kemudian. Empat puluh tiga tahun kemudian, di tempat itu pulalah Usamah mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 54 Hijriyyah. Tempat terbaik telah disediakan oleh Allah Swt. untuk Usamah sebagai balasan atas ketaatan dan perjuangannya.
CS : GUS Sya'roni As Samfuriy
Sepintas nama ini kita baca pada hadits yang membicarakan tentang keutamaan bulan Sya’ban, terlebih Nishfu Sya’ban. Ya beliaulah sahabat Nabi Saw. bernama Sayyidina Usamah bin Zaid. Berikut ini kami tuliskan sekelumit dari biografinya. Semoga bermanfaat.
a. Usamah Panglima Termuda Islam
Usamah bin Zaid benar-benar menapaktilasi perjuangan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika kecil, mereka sama-sama dicintai Rasulullah Saw. Pada puncak perjuangan, mereka sama-sama diangkat menjadi panglima perang. Bedanya, sang ayah wafat di medan perang, sementara Usamah wafat di Madinah dalam keadaan damai. Penunjukan Rasulullah Saw. terhadap Usamah bin Zaid untuk menjadi panglima perang yang akan memerangi Kabilah Qudha’ah yang membantu tentara Romawi di perbatasan Syria, menuai reaksi tajam dari para sahabat Anshar. Mereka tidak rela berada di bawah komando seseorang yang baru berumur 20 tahun. Maka, setelah Rasulullah wafat, perintah itu dipertanyakan oleh para sahabat senior: “Benarkah Rasulullah mengangkat anak itu menjadi pemimpin bagi orang-orang terdahulu dari Muhajirin dan Anshar?” Mereka merasa jauh lebih senior, sehingga minta agar dipilih panglima yang lebih tua dari Usamah. Oleh karena itu mereka menghubungi sahabat Umar bin Khaththab agar meneruskannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, yang telah diangkat menjadi pemimpin kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah Saw. Walaupun Rasulullah Saw. sudah wafat, perintah beliau sudah diberikan sebelumnya, sehingga harus ditaati oleh seluruh kaum muslimin. Pesan itu disampaikan oleh Umar kepada Abu Bakar, namun Abu Bakar menolak permintaan tersebut. “Itu perintah Rasulullah, aku tidak berani melanggarnya,” ujar Abu Bakar. Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar, orang-orang Anshar memutuskan akan menarik diri. Kepada mereka, Abu Bakar tetap menegaskan sikapnya: “Aku tetap mengutus pasukan Usamah seperti perintah Rasulullah Saw., meski binatang buas menerkam diriku.” Jauh sebelum itu Rasulullah Saw. sendiri juga sudah menegaskan keputusannya itu, dengan mengatakan. “Bila kalian mencela keputusanku mengangkat Usamah, itu berarti kalian juga mencela pengangkatanku kepada ayahnya, Zain bin Haritsah, pada Perang Mut’ah. Demi Allah, Zaid pantas jadi pemimpin, begitu juga dengan anaknya, Usamah,” ujar Rasulullah di tengah kondisi badannya yang sedang demam tinggi. Setelah itu Rasulullah berpulang menghadap Ilahi. Pengangkatan Usamah menjadi panglima perang itu terjadi pada tahun ke-11 Hijriyyah di Madinah. Namun pemberangkatannya ke medan jihad tertunda karena wafatnya Rasulullah. Setelah terjadi peperangan, terbukti, Usamah memang bukan pilihan sembarangan Rasulullah. Ia memperlihatkan kualifikasinya sebagai panglima perang yang andal. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin dengan gilang-gemilang. Usamah masih hidup ketika Utsman Ra. menjadi khalifah ketiga
b. Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw.
Usamah adalah putra Zaid dari hasil pernikahannya dengan Ummu Aiman. Sedangkan Ummu Aiman adalah wanita yang mengasuh Rasulullah setelah beliau ditinggal wafat ibunya, Aminah. Tak mengherankan bila kemudian, setelah diangkat menjadi utusan Allah Swt., Rasulullah Saw. menyebut Ummu Aiman dengan kata-kata: “Dia adalah ibuku, dia adalah shahibul baytku.” Sedangkan Zaid termasuk angkatan pertama yang masuk Islam, sehingga sangat disayang Rasulullah Saw. dan bahkan diangkat sebagai anak angkat dan pada gilirannya menjadi sahabat dekat. Maka wajar beliau sangat bergembira menyambut kelahiran Usamah, yang lahir pada tahun ke-7 sebelum hijrah. Rasulullah Saw. memperlakukan Usamah bagai anak sendiri.
c. Besar di Medan Tempur
Karier awal Usamah sebagai tentara muslim dimulai pada perang Khandak. Ketika terjadi Fathu Makkah, Rasulullah Saw. masuk ke Makkah dengan mengendarai unta dan Usamah berada duduk di belakang beliau. Sungguh suatu kehormatan yang tiada tara bagi Usamah. Sedangkan Bilal bin Rabah, yang terkenal sebagai muadzin pertama, berada di sampingnya. Usamah juga menyaksikan sendiri ketika ayahnya ditunjuk Rasulullah Saw. menjadi panglima perang dalam Perang Mut’ah bersama Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Sedangkan ia sendiri menjadi salah satu komandan pasukan. Dalam pertempuran itu ketiga panglima tersebut menemui syahid. Khalid bin Walid, yang menerima tongkat kepemimpinan pasukan setelahnya, lantas menarik mundur pasukan muslim ke Madinah. Usamah ikut mundur setelah mendapatkan kuda tunggangan ayahnya. Dampak dari kekalahan tersebut, mental kaum muslimin jatuh. Banyak yang menyalahkan Khalid mengapa memutuskan menarik mundur pasukan kaum muslimin. Untuk menggugah dan memotivasi mental pasukan kaum muslimin, Rasulullah Saw. pada tahun ke-11 Hijriyyah, setelah haji wada’, memerintahkan kaum muslimin bersiap menahan laju tentara Romawi di Syam. Di dalam barisan itu ada sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah dan yang lainnya. Namun Rasulullah Saw. menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Waktu itu bulan Shafar tahun ke-11 Hijriyyah. Rasulullah Saw. memanggil Usamah untuk mengangkatnya sebagai panglima. “Pergilah ke tempat ayahmu dibunuh. Aku telah mengangkatmu menjadi panglima pasukan ini,” demikian perintah Rasulullah Saw. Perintah tersebut dijunjung tinggi oleh Usamah. Ia lantas menyiapkan pasukannya di luar kota Madinah di suatu tempat yang bernama al-Jurf sampai junjungannya itu wafat tak lama kemudian. Empat puluh tiga tahun kemudian, di tempat itu pulalah Usamah mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 54 Hijriyyah. Tempat terbaik telah disediakan oleh Allah Swt. untuk Usamah sebagai balasan atas ketaatan dan perjuangannya.
CS : GUS Sya'roni As Samfuriy
Kamis, 11 Juli 2013
KUMPULAN SHALAWAT NABI
SHALAWAT IBRAHIMIYAH
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ
في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Artinya : Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan
kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Enfkau memberi kasih
sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan
berkatilah kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau memberkati junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya
diantara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia.
SHALAWAT NARIYAH TAFRIJIYAH
أللّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan
curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi
Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan,
semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan
semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat
dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada
keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas
sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.
SHALAWAT FATIH
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أَغْلَقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارُهُ عَظِيْمٌ
Artinya: Ya Allah curahkanlah rahmat dan keselamatan serta
berkah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dapat membuka sesuatu
yang terkunci, penutup dari semua yang terdahulu, penolong kebenaran
dengan jalan yang benar, dan petunjuk kepada jalanMu yang lurus.
Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar-benar kekuasaanNya yang Maha Agung.
SHALAWAT MUNJIYAT
HUKUM MEMBACA SHALAWAT MUNJIYAT
Menurut Muhammad bin Abdul Ghoffar Al-Syarif, profesor fakultas Syariah Universitas Kuwait, membaca shalawat munjiyat itu baik sebagaimana membaca shalawat yang lain. Karena membaca shalawat itu dianjurkan oleh Allah. Dalam Al-Ahzab :56 Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Dr.
Muhammad As-Syarif selanjutnya mengatakan:
ولما سأل الصحابة رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم كيف يصلون عليه ؟ علمهم الصيغة المعروفة بالصلاة الإبراهيمية " اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد " . واستحب كثير من العلماء إضافة لفظ السيادة إلى اسمه العزيز . وهي أفضل صيغ الصلاة عليه ، ولكنه لم يمنع من غيرها من الصيغ .
وكذلك الأمر بالدعاء جاء مطلقا " وقال ربكم ادعوني استجب لكم "
فلا بأس ان تداوم على الصلاة المذكورة ، بالصيغة التي ذكرتها ، لأنها مجربة وواردة عن بعض أولياء الله ، واظب عليها العارفون والصالحون من عباد الله . ويفضل ان تطلب بها إجازة ممن يملك إجازة بها - والله أعلم - .
Arti ringkasan (paragraf akhir): Tidak apa-apa membaca
shalawat (munjiyat) tersebut karena ia telah dipakai dan berasal dari
sebagian aulia Allah dan dijadikan amalan oleh hamba-hamba Allah dari
kalangan afif dan shalih.
TEKS ARAB SHALAWAT MUNJIYAT
اللَهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحمَدٍ صَلاَةٌ تُنْجيْنَا بِهَا مِنَ جَمِيْعَ الأهَوْاَلِ وَالأَفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بها جَمِيعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيّئاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَي الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصَي الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيرَاتِ فِي الحَيَاةِ
وَبَعْدَ المَمَاتِ برحمتك يا أرحم الراحمين
TEKS LATIN SHALAWAT MUNJIYAT
Allohumma sholli ‘ala syaiyidina muhammad sholatan tunjina biha min jami’il ahwali wal afat wataqdilana biha jami’il hajat watutohhiruna biha min jami’is syayyiat
watarfa’una biha a’lad darojat watuballi ghuna biha aqshol ghoyat min jami’il khoiroti fil hayati waba’dal mamat. Birohmatika ya Arhamar Rahimin.
Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kita dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan yang dengan rahmat itu Engkau akan mendatangkan kepada kita hajat, Yang dengan rahmat itu Engkau akan membersihkan kita dari semua keburukan/kesalahan. Yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kita kepada setinggi-tinggi derajat.Yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kita kepada sesempurna-sempurnanya semua maksud dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati.
SEJARAH SHALAWAT MUNJIYAT
Shalawat munjiyat adalah shalat yang dibuat oleh ulama sufi dari tariqat Asy-Syadzili yaitu Syaikh Shalih Musa Al-Dharir. Kisah mendapatkan/terciptanya shalawat munjiyat ini adalah sebagai berikut:
عن الشيخ الصالح موسى الضرير رحمه الله، قال : ركبت البحر الملح وقامت علينا ريح قل من ينجو منها من الغرق وضج الناسفغلبتني عيني فنمت فرايت الني صلى الله عليه وسلم وهو يقول : قل لأهل المركب يقولوا ألف مرة { اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات وتقضي لنا بها جميع الحاجات ... االخ } فاستيقطت وأعلمت أهل المركب بالرؤيا فصلينا بها ثلثمائة مرة ففرج الله عنا
وللعلم انا جربتها في احدات ثورة 17 فبراير المجيدة وصليت بيها في حدود 200 مرة والحمد لله ربي تقبل مني ونجانا من طغيان ومكر الي مايتسمى هو واعوانه
فأكثرو اخوتي منها حتى ينجينا الله من كل كرب وبلاء
SHALAWAT ANNUR ADZ-DZATI (النور الذاتي)
Oleh Abul Hasan Asy-Syadzili
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الذَّاتِي وَالسِّرِّ السَّارِي فِي سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ
SHALAWAT AL-KAMALIYAH
اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ كَمَالِ الله وَكَمَا يَلِيقُ بِكَمَالِهِ
SHALAWAT AL-IN'AM
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ إِنْعَامِ الله وَأِفْضَالِهِ
SHALAWAT AHMAD AL-BADAWI
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ
HUKUM MEMBACA SHALAWAT
1. Wajib.
a. Hukum membaca SHALAWAT IBRAHIMIYAH itu wajib (a) pada saat tahiyat akhir shalat. Baik shalat fardhu yang lima waktu maupun shalat sunnah.
b. Wajib membaca shalawat sekali seumur hidup.[1]
c. Wajib mengucapkan shalawat ketika mendengar nama Nabi Muhammad disebut, menurut pendapat Imam Tahawi.
2. Sunnah muakkad pada situasi di luar shalat.
DASAR HUKUM SHALAWAT
1. Qur'an Al-Ahzab 33:56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
2. Hadits:
أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم عليّ صلاة
Artinya: Sebaik-baik manusia padaku di hari kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat. (HR Tirmidzi)
3. Hadits:
البخيل من ذُكرتُ عندَه ثم لم يصلّ عليّ
Artinya: Orang yang pelit adalah orang yang tidak mengucapkan shalawat saat namaku disebut (HR Ahmad bin Hanbal dalam Musnad)
MAKNA DEFINISI SHALAWAT
Secara etimologis shalawat adalah bentuk jamak dari bentuk tunggal shalah (الصلاة) yang berarti doa (lihat: Al-Mu'jamul Wasith). Secara terminologis, shalawat memiliki sejumlah pengertian antara lain sebagai berikut:
a. Shalawat dari Allah kepada manusia yang bermakna memberi rahmat seperti dalam QS Al-Ahzab 33:43.
b. Shalawat dari malaikat kepada umat Islam (mukminin) yang bermakna permohonan ampun malaikut untuk umat Islam.
c. Shalawat dari seorang muslim kepada muslim yang lain yang bermakna doa seperti dalam QS At-Taubah 9:103.
d. Shalawat dari manusia kepada Allah yang bermakna ibadah khusus pada Allah dalam waktu dan cara tertentu sesuai syariah seperti dalam QS Al-Kautsar 108:2.
Ibnu Hajar al-Makki menyimpulkan makna shalawat sebagai berikut: shalawat dari Allah berarti rahmat, dari malaikat dan manusia berarti doa atau permohonan rahmat untuk Nabi Muhammad.[2]
====================
CATATAN AKHIR DAN RUJUKAN:
[1] Al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurtubi mengatakan: لا خلاف في وجوبها في العمر مرة، وأَنها واجبة في كل حين وجوب السنن المؤكدة.
[2] ابن حجر المكي dalam الجوهر المنظم في زيارة القبر الشريف النبوي المكرم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ
في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
SHALAWAT NARIYAH TAFRIJIYAH
أللّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
SHALAWAT FATIH
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أَغْلَقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارُهُ عَظِيْمٌ
Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar-benar kekuasaanNya yang Maha Agung.
SHALAWAT MUNJIYAT
HUKUM MEMBACA SHALAWAT MUNJIYAT
Menurut Muhammad bin Abdul Ghoffar Al-Syarif, profesor fakultas Syariah Universitas Kuwait, membaca shalawat munjiyat itu baik sebagaimana membaca shalawat yang lain. Karena membaca shalawat itu dianjurkan oleh Allah. Dalam Al-Ahzab :56 Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
ولما سأل الصحابة رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم كيف يصلون عليه ؟ علمهم الصيغة المعروفة بالصلاة الإبراهيمية " اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد " . واستحب كثير من العلماء إضافة لفظ السيادة إلى اسمه العزيز . وهي أفضل صيغ الصلاة عليه ، ولكنه لم يمنع من غيرها من الصيغ .
وكذلك الأمر بالدعاء جاء مطلقا " وقال ربكم ادعوني استجب لكم "
فلا بأس ان تداوم على الصلاة المذكورة ، بالصيغة التي ذكرتها ، لأنها مجربة وواردة عن بعض أولياء الله ، واظب عليها العارفون والصالحون من عباد الله . ويفضل ان تطلب بها إجازة ممن يملك إجازة بها - والله أعلم - .
TEKS ARAB SHALAWAT MUNJIYAT
اللَهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحمَدٍ صَلاَةٌ تُنْجيْنَا بِهَا مِنَ جَمِيْعَ الأهَوْاَلِ وَالأَفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بها جَمِيعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيّئاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَي الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصَي الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيرَاتِ فِي الحَيَاةِ
وَبَعْدَ المَمَاتِ برحمتك يا أرحم الراحمين
TEKS LATIN SHALAWAT MUNJIYAT
Allohumma sholli ‘ala syaiyidina muhammad sholatan tunjina biha min jami’il ahwali wal afat wataqdilana biha jami’il hajat watutohhiruna biha min jami’is syayyiat
watarfa’una biha a’lad darojat watuballi ghuna biha aqshol ghoyat min jami’il khoiroti fil hayati waba’dal mamat. Birohmatika ya Arhamar Rahimin.
Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kita dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan yang dengan rahmat itu Engkau akan mendatangkan kepada kita hajat, Yang dengan rahmat itu Engkau akan membersihkan kita dari semua keburukan/kesalahan. Yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kita kepada setinggi-tinggi derajat.Yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kita kepada sesempurna-sempurnanya semua maksud dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati.
SEJARAH SHALAWAT MUNJIYAT
Shalawat munjiyat adalah shalat yang dibuat oleh ulama sufi dari tariqat Asy-Syadzili yaitu Syaikh Shalih Musa Al-Dharir. Kisah mendapatkan/terciptanya shalawat munjiyat ini adalah sebagai berikut:
عن الشيخ الصالح موسى الضرير رحمه الله، قال : ركبت البحر الملح وقامت علينا ريح قل من ينجو منها من الغرق وضج الناسفغلبتني عيني فنمت فرايت الني صلى الله عليه وسلم وهو يقول : قل لأهل المركب يقولوا ألف مرة { اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات وتقضي لنا بها جميع الحاجات ... االخ } فاستيقطت وأعلمت أهل المركب بالرؤيا فصلينا بها ثلثمائة مرة ففرج الله عنا
وللعلم انا جربتها في احدات ثورة 17 فبراير المجيدة وصليت بيها في حدود 200 مرة والحمد لله ربي تقبل مني ونجانا من طغيان ومكر الي مايتسمى هو واعوانه
فأكثرو اخوتي منها حتى ينجينا الله من كل كرب وبلاء
SHALAWAT ANNUR ADZ-DZATI (النور الذاتي)
Oleh Abul Hasan Asy-Syadzili
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الذَّاتِي وَالسِّرِّ السَّارِي فِي سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ
SHALAWAT AL-KAMALIYAH
اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ كَمَالِ الله وَكَمَا يَلِيقُ بِكَمَالِهِ
SHALAWAT AL-IN'AM
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ إِنْعَامِ الله وَأِفْضَالِهِ
SHALAWAT AHMAD AL-BADAWI
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ
HUKUM MEMBACA SHALAWAT
1. Wajib.
a. Hukum membaca SHALAWAT IBRAHIMIYAH itu wajib (a) pada saat tahiyat akhir shalat. Baik shalat fardhu yang lima waktu maupun shalat sunnah.
b. Wajib membaca shalawat sekali seumur hidup.[1]
c. Wajib mengucapkan shalawat ketika mendengar nama Nabi Muhammad disebut, menurut pendapat Imam Tahawi.
2. Sunnah muakkad pada situasi di luar shalat.
DASAR HUKUM SHALAWAT
1. Qur'an Al-Ahzab 33:56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
2. Hadits:
أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم عليّ صلاة
3. Hadits:
البخيل من ذُكرتُ عندَه ثم لم يصلّ عليّ
MAKNA DEFINISI SHALAWAT
Secara etimologis shalawat adalah bentuk jamak dari bentuk tunggal shalah (الصلاة) yang berarti doa (lihat: Al-Mu'jamul Wasith). Secara terminologis, shalawat memiliki sejumlah pengertian antara lain sebagai berikut:
a. Shalawat dari Allah kepada manusia yang bermakna memberi rahmat seperti dalam QS Al-Ahzab 33:43.
b. Shalawat dari malaikat kepada umat Islam (mukminin) yang bermakna permohonan ampun malaikut untuk umat Islam.
c. Shalawat dari seorang muslim kepada muslim yang lain yang bermakna doa seperti dalam QS At-Taubah 9:103.
d. Shalawat dari manusia kepada Allah yang bermakna ibadah khusus pada Allah dalam waktu dan cara tertentu sesuai syariah seperti dalam QS Al-Kautsar 108:2.
Ibnu Hajar al-Makki menyimpulkan makna shalawat sebagai berikut: shalawat dari Allah berarti rahmat, dari malaikat dan manusia berarti doa atau permohonan rahmat untuk Nabi Muhammad.[2]
====================
CATATAN AKHIR DAN RUJUKAN:
[1] Al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurtubi mengatakan: لا خلاف في وجوبها في العمر مرة، وأَنها واجبة في كل حين وجوب السنن المؤكدة.
[2] ابن حجر المكي dalam الجوهر المنظم في زيارة القبر الشريف النبوي المكرم
Minggu, 30 Juni 2013
Kumpulan Lirik Lagu Marawais
1. Sholatum
Sholatun bisalamil mubin…linugthotit ta’yii ni ya ghoroomii)6X
Nabiyyuna kaana ashlattak wiini….min ngahdi kun fayakuunu yaa ghoroomii(2X)
back to *(2X)
Ayaman ja’ana khakkon nadhiiri…mughiitsan musbilan subularoshaadi(2X)
back to *(2X)
Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah (4X)
Rosulullahiyaa dhowiil jabiini… wayaamanja’abil khakkil mubiin(2X)
back to *(2X)
Sholatulam tazal tutlaa ngalaika…kami’ thorin nasiim tuhdaa ilaika (2X)
back to * (2X)
Makna nya:
Shalawat serta salam ku persembahkan kepada mu wahai kekasih ku
Sebagai bukti keteguhan ku,wahai Nabi saw (kekasih ku)
Engkaulah sebenar2nya pemberi peringatan pada masa mu
Wahai kekasih ku,wahai Rasulullah saw yang bercahaya wajahnya penunjuk jalan kebenaran
Tak lekang sholawat tercurah pada mu wahai pembawa kebenaran,laksana hembusan angin yang kencang.
2. Nawwarti Ayyami (GAMBUS)
Nawarti ayyami…
Raga'ti ahlamy…
Ghayyartiloun, wutho, wusyakil
Il khaya…
Allah… Allah… Allah…
Ya… Allah…
Allah gab 'ainak fa'aini… […Habibi…]
Allah ghama baenak wubaini [Habibi..]
Nawarti ayyami…
Raga'ti ahlamy…
Ghayyartiloun, wutho, wusyakil
Il khaya…
Allah… Allah… Allah…
Ya… Allah…
Allah laifara' mala yib 'id nala
Yaharimna youm mimba'dina
Allah gamana sawa amaril hawa
Yighrif uru' naudambina
Syuf kunna kin waba'idnafin
Wainta wana…
Ba'di kulli 'umri da hubbak nadha
Ghaiar thoriqi 'usikiti
Inta min wistil basher
Kadzabilil adhar tdhul hayati udunyati
Wina harda 'umri bass
'Umriftada…
YAHABIBANA YA HABIBANA
ABDUROHMAN ASEGAF
YAASAQONA YAASAQONA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM WALIYUNA
ANTUM HABIYBUNA
ANTUM SAF IYUNA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM SALAFUNA
ANTUM MADADUNA
ANTUM IMMAMUNA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM TOBIBUNA
ANTUM QULUBUNA
ANTUM ADATUNA
YAHORIQIL AADAT
YAROBANA YAROBANA
IGFIR DUNUBANA
YAROBANA YAROBANA
YAALLAH YAJAWAD
YAROBANA YAROBANA
IGHFIR DUNUBANA
YAROBANA YAROBANA
ANTA ROBANAA.
Lagu tentang kecintaan Rosululloh kepada umatnya...
6. ¤ YA ROSULALLOH ¤
Ya Rosulalloh.....
Ya Habiballoh.....
Muhammad ibni Abdillah
Muhammad ibni Abdillah
Waya qori kitabillah
'Alaika qubatul hadro
Tujahid fi sabilillah
Muhammad qola Ya robbi
Suali ummati ba'di
Wasamihhum minaddanbi
Waghofaru dzunuballoh
¤ YARIT ¤
Yarit fihabbiha...
Wama yugholli hadai haqiha
Basyihaddumu 'ainaiy
Waldialbi bidaya
Mahukmil 'umri ba'diha
Ba'diha...Ana ba'diha
Yarit bithorif suhibat
Salaita ahsa dihubbak
Ya 'afiruh sugi albat
Na'tumu ana faqir fiha
Ana mahukmil 'umri ba'diha
Ba'diha ana ba'diha
Yarib bithoriq susholi
Dati lima lisi gholi
Akil wisaroha halli
Sholatumu 'ati fiha
Ana mahkumil umri ba'diha
Ba'diha...Ana ba'diha
7. ¤ WAHDANA ¤
'Adif 'alaina layali jamilah
Bainal qomar walhudu
Walhududil asiah
Wal ghoni wal hana
Asfan jamilah sarofuadi
Wa ansa biha farhan
Shubil as'ad laya dalif fadilah
Bima wa ana famayu hasi lil fadilai
Yughi sifa linafusil 'alilah
Ya bahtibina la minhu mala finja
Ba'dal waya fina fiha ruwayah
Uhyu ruzaim wa kulina
Ya'rifu da fadillah
Da milah hajriwa labil habilah
Mahyus lihilahi faris minal furqon
8. Ya Thoybah
Sholatun bisalamil mubin…linugthotit ta’yii ni ya ghoroomii)6X
Nabiyyuna kaana ashlattak wiini….min ngahdi kun fayakuunu yaa ghoroomii(2X)
back to *(2X)
Ayaman ja’ana khakkon nadhiiri…mughiitsan musbilan subularoshaadi(2X)
back to *(2X)
Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah (4X)
Rosulullahiyaa dhowiil jabiini… wayaamanja’abil khakkil mubiin(2X)
back to *(2X)
Sholatulam tazal tutlaa ngalaika…kami’ thorin nasiim tuhdaa ilaika (2X)
back to * (2X)
Makna nya:
Shalawat serta salam ku persembahkan kepada mu wahai kekasih ku
Sebagai bukti keteguhan ku,wahai Nabi saw (kekasih ku)
Engkaulah sebenar2nya pemberi peringatan pada masa mu
Wahai kekasih ku,wahai Rasulullah saw yang bercahaya wajahnya penunjuk jalan kebenaran
Tak lekang sholawat tercurah pada mu wahai pembawa kebenaran,laksana hembusan angin yang kencang.
2. Nawwarti Ayyami (GAMBUS)
Raga'ti ahlamy…
Ghayyartiloun, wutho, wusyakil
Il khaya…
Allah… Allah… Allah…
Ya… Allah…
Allah gab 'ainak fa'aini… […Habibi…]
Allah ghama baenak wubaini [Habibi..]
Nawarti ayyami…
Raga'ti ahlamy…
Ghayyartiloun, wutho, wusyakil
Il khaya…
Allah… Allah… Allah…
Ya… Allah…
Allah laifara' mala yib 'id nala
Yaharimna youm mimba'dina
Allah gamana sawa amaril hawa
Yighrif uru' naudambina
Syuf kunna kin waba'idnafin
Wainta wana…
Ba'di kulli 'umri da hubbak nadha
Ghaiar thoriqi 'usikiti
Inta min wistil basher
Kadzabilil adhar tdhul hayati udunyati
Wina harda 'umri bass
'Umriftada…
3. YA HANA NA
ظَهَرَ الدِّينُ المُؤَيَّد
dzoharoddiinul muayyad
ظَهَرَ الدِّينُ المُؤَيَّد بِظُهُورِالنَّبِى اَحمَد
dzoharoddiinul muayyad bidzhuhuurin
nabi ahmad
يَا هَنَانَــــــــا بِمُحَمَّد ذَلِكَ الفَضلُ مِنَ الله
ya hana na nabi muhammad dzalikal
fadhlu minallah
يَا هَنَانَا
ya hana na
خُصَّ بِالسَّبعِ المَثَانِى وَحَوى لُطفَ المَعَأنِى
khusho bissab’il matsani wa hawa
luthfal ma’ani
مَالَهُ فِى الخَلقِ ثَانِى وَعَلَيهِ اَنزَلَ الله
ma lahu fil kholqi tsani wa a’laihi
anzalallah
يَا هَنَانَا
ya hana na
مِن مَكَّةٍ لَمَّا ظَهَر لِاَجلِهِ انشَقَ القَمَر
min makkatillamma dzohar liajlihin
syaqqal qomar
وَافتخَرَت الُ مُضَر بِهِ عَلى كُلِّ الاَنَام
waf takhorot aalu mudhor bihi ala
kullil anam
يَاهَانَانَأ
ya hana na
اَطيَبُ النَّاسِ خَلقًا وَاَجَلُّ النَّاسِ خُلُقُا
athyabunnasi kholqon wa ajallunnasi
khuluqon
ذِكرُهُ غَربًا وَشَرقًا سَائِرٌ وَالحَمدُ لِله
dzikruhu ghorbaw wa syarqon saa iruw
walhamdu lillah
يَاهَنَانَا
ya hana na
صَلُّوا عَلى خَيرِ الاَنَام المُصطَفَى بَدرِالتَّمَام
shollu a’la khoiril anami al musthofa
badrittamami
صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا يَشفَع لَنَأ يَومَ الزِّحَام
shollu a’laihi wasallimu yasyfa’ lana
yaumazzihami
يَا هَنَانَا
ya hana na
4. ANNABI
Annabi
sollu’alaih solawatullohi’alaih
Wayana lul barokah kulluman sholla’alaih
Wayana lul barokah kulluman sholla’alaih
Annabi
yaa hadiriin I’lamu ‘ilmalyaqiin
Annarobbal’alamiin afrodo solla’alaih
Annarobbal’alamiin afrodo solla’alaih
Annabi
yaa manhador annabi khoirul bahor
Wadana lahul qomar wannadza salam ‘alaih
Wadana lahul qomar wannadza salam ‘alaih
Annabi
dzakal ‘aruz dzikruhu yuhyinnufus
Annasooro wal majuus aslamuu bainaa yadaii
Annasooro wal majuus aslamuu bainaa yadaii
Alhasan
tsummal hsaiin annabii kurrotul’aiin
Nurruhum kal kaukabain jadduhum solaa’alaih
Nurruhum kal kaukabain jadduhum solaa’alaih
5. YAHABIBANA
ABDUROHMAN ASEGAF
YAASAQONA YAASAQONA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM WALIYUNA
ANTUM HABIYBUNA
ANTUM SAF IYUNA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM SALAFUNA
ANTUM MADADUNA
ANTUM IMMAMUNA
YAHORIQIL AADAT
ANTUM TOBIBUNA
ANTUM QULUBUNA
ANTUM ADATUNA
YAHORIQIL AADAT
YAROBANA YAROBANA
IGFIR DUNUBANA
YAROBANA YAROBANA
YAALLAH YAJAWAD
YAROBANA YAROBANA
IGHFIR DUNUBANA
YAROBANA YAROBANA
ANTA ROBANAA.
Lagu tentang kecintaan Rosululloh kepada umatnya...
6. ¤ YA ROSULALLOH ¤
Ya Rosulalloh.....
Ya Habiballoh.....
Muhammad ibni Abdillah
Muhammad ibni Abdillah
Waya qori kitabillah
'Alaika qubatul hadro
Tujahid fi sabilillah
Muhammad qola Ya robbi
Suali ummati ba'di
Wasamihhum minaddanbi
Waghofaru dzunuballoh
¤ YARIT ¤
Yarit fihabbiha...
Wama yugholli hadai haqiha
Basyihaddumu 'ainaiy
Waldialbi bidaya
Mahukmil 'umri ba'diha
Ba'diha...Ana ba'diha
Yarit bithorif suhibat
Salaita ahsa dihubbak
Ya 'afiruh sugi albat
Na'tumu ana faqir fiha
Ana mahukmil 'umri ba'diha
Ba'diha ana ba'diha
Yarib bithoriq susholi
Dati lima lisi gholi
Akil wisaroha halli
Sholatumu 'ati fiha
Ana mahkumil umri ba'diha
Ba'diha...Ana ba'diha
7. ¤ WAHDANA ¤
'Adif 'alaina layali jamilah
Bainal qomar walhudu
Walhududil asiah
Wal ghoni wal hana
Asfan jamilah sarofuadi
Wa ansa biha farhan
Shubil as'ad laya dalif fadilah
Bima wa ana famayu hasi lil fadilai
Yughi sifa linafusil 'alilah
Ya bahtibina la minhu mala finja
Ba'dal waya fina fiha ruwayah
Uhyu ruzaim wa kulina
Ya'rifu da fadillah
Da milah hajriwa labil habilah
Mahyus lihilahi faris minal furqon
8. Ya Thoybah
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya ’Ali Yabn Abi Tholib
Minkumul Masdarul Mawahib
Ya Turo Hal ’Uro Li Haajib
’Indakum (Afdholul Ghilmana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Astadil Hasan Wal Husaini
’Ilanna Biqurrot ’Aini
Ya Syabbal balul Jannataini
Jaddukum Shohibul Qur’ana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya ’Ali Yabn Abi Tholib
Minkumul Masdarul Mawahib
Ya Turo Hal ’Uro Li Haajib
’Indakum (Afdholul Ghilmana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Astadil Hasan Wal Husaini
’Ilanna Biqurrot ’Aini
Ya Syabbal balul Jannataini
Jaddukum Shohibul Qur’ana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
Ya Thoybah Ya Thoybah
Ya Dawal Ayaana…
Isytaqnalik (Wal Hawa Nadaana 2x)
9. Ya Robbi bil Musthofa
Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
Muhammadun Sayyidul Kaunaini
Watsaqolaini Walfariqoini Min ’Urbin
Wamin ’Ajami
Maulaya Sholli Wa Salim Da iman Abada
‘Alan Nabiyyi Wa ’Alil baitikullihimi
Ya Rasulallah Salamun ’Alaika
Ya Rofi ’Asyani Waddaroji
Ahlul Baitil Musthofa Thuhuri
Hum Amanul Ardhi Faddakiri
Ya Rasulallah Salamun ’Alaika
Ya Rofi ’Asyani Waddaroji
Robbi Fanfa’na bibarkati
Wahdinal Husna bihurmatihim
Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
Huwal Habibulladzi Turjan Syafa’atuhu
Likulli Haulan Minal Awali Mukhtaqomi
Maulaya Sholli Wa Salim Da iman Abada
‘Alan Nabiyyi Wa ’Alil baitikullihimi
Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
Muhammadun Sayyidul Kaunaini
Watsaqolaini Walfariqoini Min ’Urbin
Wamin ’Ajami
Maulaya Sholli Wa Salim Da iman Abada
‘Alan Nabiyyi Wa ’Alil baitikullihimi
Ya Rasulallah Salamun ’Alaika
Ya Rofi ’Asyani Waddaroji
Ahlul Baitil Musthofa Thuhuri
Hum Amanul Ardhi Faddakiri
Ya Rasulallah Salamun ’Alaika
Ya Rofi ’Asyani Waddaroji
Robbi Fanfa’na bibarkati
Wahdinal Husna bihurmatihim
Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
Huwal Habibulladzi Turjan Syafa’atuhu
Likulli Haulan Minal Awali Mukhtaqomi
Maulaya Sholli Wa Salim Da iman Abada
‘Alan Nabiyyi Wa ’Alil baitikullihimi
Ya Robbibil Musthofa
Balighmaqosidana Waghfirlanaa
Mamadho Ya Wasyi’al Karomi
10. Bismillah
Bismillah Ya Allahu Ya Karim
Bismillah Ya Allahu Ya Rohim
Bismillah Bismillah Bismillah
Bismillah Tawakaltu ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Ya Manaanu Ya Karim
Ya Allahu Ya Rohmanu Ya Rohim
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allahu Ya Fattahu Ya Kholiq
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Sattaru Ya Khobir
Ya Allahu Qohharu Ya ’Aziiz
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allahu Ghoffaru Ya Nashiib
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Ya ’Alaamu Ya Khobir
Ya Allahu Ya Wahaabu Ya Majid
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allah Ya Rohmanu Ya Rohim
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Bismillah Ya Allahu Ya Rohim
Bismillah Bismillah Bismillah
Bismillah Tawakaltu ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Ya Manaanu Ya Karim
Ya Allahu Ya Rohmanu Ya Rohim
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allahu Ya Fattahu Ya Kholiq
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Sattaru Ya Khobir
Ya Allahu Qohharu Ya ’Aziiz
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allahu Ghoffaru Ya Nashiib
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
Ya Allahu Ya ’Alaamu Ya Khobir
Ya Allahu Ya Wahaabu Ya Majid
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Ya Allah Ya Rohmanu Ya Rohim
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Bismillah Tawassalna Billah (2x)
Bimillah Tawakkalna ’AlaAllah
Bismillah Bismillah Bismillah
11. Lil Abi Wal Ummi
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Lil Abi Wal Ummi Huququn Wajibun
Antal Minal Anna Biha Mutholabun
Innadaya Kafashri’u Murobbiya…
Waaghfiru Inkhotafaka Mushliyan
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
’Alaika Antal Taftahilla Allahumma
Maghma Yakun Malan Yakunu
Walaisal inti tahlufi fi’ili faqood
Ma Adasa Bidwaliu Fissaqor
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Lil Abi Wal Ummi Huququn Wajibun
Antal Minal Anna Biha Mutholabun
Innadaya Kafashri’u Murobbiya…
Waaghfiru Inkhotafaka Mushliyan
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
’Alaika Antal Taftahilla Allahumma
Maghma Yakun Malan Yakunu
Walaisal inti tahlufi fi’ili faqood
Ma Adasa Bidwaliu Fissaqor
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
Allahumma Sholli Wa Salim ’Alaa
Sayyidina Muhammadin
Adaddama Fil ’Ilmillahi Sholata
Daimata Bidawamin Mulkillahi
12. Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
Ahmadukallahumma Hamdan Mustamir
’Adda Athoyakallati Latan Hashier
Musholliyan Alaa Khitamil Anbiyaa
(Wal ‘Ali Washohobil Hudatil Athqiyaa 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
La Fakhro Lil Binti Bimal Basin Wamaa
Bihi Thohallat Min Huliyyin Innama
Fakhrol Fata Libil Uluu Biuladaabi
(Labil Jamali Wal Hariri Wa dzahabi 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
Ahmadukallahumma Hamdan Mustamir
’Adda Athoyakallati Latan Hashier
Musholliyan Alaa Khitamil Anbiyaa
(Wal ‘Ali Washohobil Hudatil Athqiyaa 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
La Fakhro Lil Binti Bimal Basin Wamaa
Bihi Thohallat Min Huliyyin Innama
Fakhrol Fata Libil Uluu Biuladaabi
(Labil Jamali Wal Hariri Wa dzahabi 2x)
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
Sidnan Nabi Sidnan Nabi Sidnan Nabi
(Sidi Muhammad Amin Khubtsi
Habibin Nabi 2x)
13. Shalawat Badar
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Ilahi Sallimil Ummah
Minal ’Afaati Wan Niqmah
Wamin Hammin Wamin Ghummah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Ilahi fil Waakrimna
Minaili Maqoolibil Minna
Wadhof’imasa ’Atin Anna
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Ilahi Sallimil Ummah
Minal ’Afaati Wan Niqmah
Wamin Hammin Wamin Ghummah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Ilahi fil Waakrimna
Minaili Maqoolibil Minna
Wadhof’imasa ’Atin Anna
Bi Ahlil Badri Ya Allah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullahi
‘Alaa Yasiin Habibillah
Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah
14. Ya Abaz Zahro
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya ’Aunal Ghoribi Ya Nurozzholami
Ya Syafi’al Kholqi Ya Habibi
Salam ’Alaika Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Abal Qoshimi Ya Abaz Zahro-i
Ya Jaddal Husaini Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Thoha Thohibi Ya Muhyil Qulubi
Ya Qurrotaini Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Shofwatallahi Ya Rosulallahi
Ya Habiballlahi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya ’Aunal Ghoribi Ya Nurozzholami
Ya Syafi’al Kholqi Ya Habibi
Salam ’Alaika Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Abal Qoshimi Ya Abaz Zahro-i
Ya Jaddal Husaini Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Thoha Thohibi Ya Muhyil Qulubi
Ya Qurrotaini Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ya Shofwatallahi Ya Rosulallahi
Ya Habiballlahi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
Ahmad Ya Habibi Ahmad Ya Habibi
Ahmad Ya Habibi Ya Habibi
Salam ’Alaika… Salam ’Alaika
15. Ummi
Ummi Yalahnan ’Asyaqohu
Wansyidan Dauman Ansyuduhu
Fikulli Makanin Adzkuruhu…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi Yalahnan ’Asyaqohu
Wansyidan Dauman Ansyuduhu
Fikulli Makanin Adzkuruhu
Wa Adzhollu Adzollu Uroddiduhu
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi Ya Ruuhi Wa Hayati
Ya Bahjatan Nafsi Wal Munati
Unsi Fil Hadhiri Wal Ati
Unsi Fil Hadhiri Wal Ati
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Allahu Ta’ala Aushoni
Fissirri Walau Fil ’Ilani
Bilbirri Laki Wal Ihsani
Bilbirri Laki Wal Ihsani
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ismuki Man Khusyun Fi Qolbi
Hubbuki Yahdiini Fi Darbi
Wadhu’aiyah Fadzuki Robbi
Wadhu’aiyah Fadzuki Robbi
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Wansyidan Dauman Ansyuduhu
Fikulli Makanin Adzkuruhu…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi Yalahnan ’Asyaqohu
Wansyidan Dauman Ansyuduhu
Fikulli Makanin Adzkuruhu
Wa Adzhollu Adzollu Uroddiduhu
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi Ya Ruuhi Wa Hayati
Ya Bahjatan Nafsi Wal Munati
Unsi Fil Hadhiri Wal Ati
Unsi Fil Hadhiri Wal Ati
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Allahu Ta’ala Aushoni
Fissirri Walau Fil ’Ilani
Bilbirri Laki Wal Ihsani
Bilbirri Laki Wal Ihsani
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ismuki Man Khusyun Fi Qolbi
Hubbuki Yahdiini Fi Darbi
Wadhu’aiyah Fadzuki Robbi
Wadhu’aiyah Fadzuki Robbi
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
Ummi… Ummi… Ummi… Ummi…
16. Nurul Musthofa
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Allahul Jalal Athokal Jamal
Allahul Jalal Athokal Jamal
Ya Syamsal Kamal Ya Nurol ’Aini
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Kafaka Fadhlan Fil ’Ulal A’laa
Kafaka Fadhlan Fil ’Ulal A’laa
Danafatadalla Khobal Khusain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Ya Allah Ya Badii’ Balighna Jamii’
Ya Allah Ya Badii’ Balighna Jamii’
Hadhrotasyafi Khoiri Tsaqolain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Ya Khoiro Mu’ti Ausin Sholati
Ya Khoiro Mu’ti Ausin Sholati
Lisirridzati Nuril Kaunain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Allahul Jalal Athokal Jamal
Allahul Jalal Athokal Jamal
Ya Syamsal Kamal Ya Nurol ’Aini
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Kafaka Fadhlan Fil ’Ulal A’laa
Kafaka Fadhlan Fil ’Ulal A’laa
Danafatadalla Khobal Khusain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Ya Allah Ya Badii’ Balighna Jamii’
Ya Allah Ya Badii’ Balighna Jamii’
Hadhrotasyafi Khoiri Tsaqolain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
Ya Khoiro Mu’ti Ausin Sholati
Ya Khoiro Mu’ti Ausin Sholati
Lisirridzati Nuril Kaunain
Nurul Musthofa Nurul Musthofa
Mala Al-Akwaan Mala Al-Akwaan
Habibi Muhammad Muhammad
Muhammad Khoiril Mursalin
17. Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidar Rusli Ya Thohir
Ya Ghoyatal Qoshdi Wasyani
Sholla ’Alaikal ’Alal Qodiir
Fikulli Waakhtim Wa Ahyani
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidar Rusli Ya Thohir
’Abduk ‘Alaa Babikum Hami
Daim Limaan Rufiku Syakir
Fikulli Waakhtim Wa Ahyani
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Ahlal Baiti Rasulillah
Ya Ahlal Karoom Wa Ahlal Wafa’
Ghitsu Ubaidan Qod Hafaa
Haair Mudhoii Ilil Ma’ad
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidar Rusli Ya Thohir
Ya Ghoyatal Qoshdi Wasyani
Sholla ’Alaikal ’Alal Qodiir
Fikulli Waakhtim Wa Ahyani
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Sayyidar Rusli Ya Thohir
’Abduk ‘Alaa Babikum Hami
Daim Limaan Rufiku Syakir
Fikulli Waakhtim Wa Ahyani
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
Ya Ahlal Baiti Rasulillah
Ya Ahlal Karoom Wa Ahlal Wafa’
Ghitsu Ubaidan Qod Hafaa
Haair Mudhoii Ilil Ma’ad
Ya Sayyidi Ya Rasulallah
Ya Man lahul Jaa ’Indallah
Innal Musii Inna Qodja’uu
Lidzambi Ya Astagfirunallah
18. Salamun ’Alaik
Salamun ’Alaika Ya Habiballahi
Salamun ’Alaika Ya Ya Rasulallah
Salamun ’Alaika Ya Habiballahi
Salamun ’Alaika Ya Ya Rasulallah
Salamun ’Alaika Adzkal Adzkiya-i
Salamun ’Alaika Thoha Ya Thohibi
Salamun ’Alaika Adzkal Adzkiya-i
Salamun ’Alaika Thoha Ya Thohibi
Salamun ’Alaika Ya Nurul Qulub
Salamun ’Alaika Ya Miski Wathibi
Salamun ’Alaika Ya Nurul Qulub
Salamun ’Alaika Ya Miski Wathibi
Salamun ’Alaika (2x) Ya Khotamar Rusuli
Salamun ’Alaika Dzainal Ambiya-i
Salamun ’Alaika Ashfal Ashfiya-i
Salamun ’Alaika Dzainal Ambiya-i
Salamun ’Alaika Ashfal Ashfiya-i
Salamun ’Alaika Ya Nurodz Dzholam
Salamun ’Alaika Hadil Hudaati
Salamun ’Alaika Ya Nurodz Dzholam
Salamun ’Alaika Hadil Hudaati
Salamun ’Alaika (2x) Mirobbi Samaa’i
Salamun ’Alaika Ya Abaz Zahro-i
Salamun ’Alaika Ya Jaddal Husaini
Salamun ’Alaika Ya Abaz Zahro-i
Salamun ’Alaika Ya Jaddal Husaini
Salamun ’Alaika Ya Abal Yatim
Salamun ’Alaika Ahmad Ya Habibi
Salamun ’Alaika Ya Abal Yatim
Salamun ’Alaika Ahmad Ya Habibi
Salamun ’Alaika (2x) Ya Khoirol Anaami
Salamun ’Alaika Ya Ya Rasulallah
Salamun ’Alaika Ya Habiballahi
Salamun ’Alaika Ya Ya Rasulallah
Salamun ’Alaika Adzkal Adzkiya-i
Salamun ’Alaika Thoha Ya Thohibi
Salamun ’Alaika Adzkal Adzkiya-i
Salamun ’Alaika Thoha Ya Thohibi
Salamun ’Alaika Ya Nurul Qulub
Salamun ’Alaika Ya Miski Wathibi
Salamun ’Alaika Ya Nurul Qulub
Salamun ’Alaika Ya Miski Wathibi
Salamun ’Alaika (2x) Ya Khotamar Rusuli
Salamun ’Alaika Dzainal Ambiya-i
Salamun ’Alaika Ashfal Ashfiya-i
Salamun ’Alaika Dzainal Ambiya-i
Salamun ’Alaika Ashfal Ashfiya-i
Salamun ’Alaika Ya Nurodz Dzholam
Salamun ’Alaika Hadil Hudaati
Salamun ’Alaika Ya Nurodz Dzholam
Salamun ’Alaika Hadil Hudaati
Salamun ’Alaika (2x) Mirobbi Samaa’i
Salamun ’Alaika Ya Abaz Zahro-i
Salamun ’Alaika Ya Jaddal Husaini
Salamun ’Alaika Ya Abaz Zahro-i
Salamun ’Alaika Ya Jaddal Husaini
Salamun ’Alaika Ya Abal Yatim
Salamun ’Alaika Ahmad Ya Habibi
Salamun ’Alaika Ya Abal Yatim
Salamun ’Alaika Ahmad Ya Habibi
Salamun ’Alaika (2x) Ya Khoirol Anaami
19. Ya Ghoffar
Laa Ilaha Illallah… 3x
Yuhyi Qolba Dzikrullah…
Ya Allah…
Ya Robbi Sholli Afdholis Sholawat
’Alan Nabi Mahbubana
Thoha Rasuul Muhammadun wa ’Alaihi
Shollu ’Alaihi Wasallimu
Sholallahu ’Alaa Muhammad
Wa ’Alaa Aliihi Wa Salam
Sholallahu ’Alaa Muhammad
Wa ’Alaa Aliihi Wa Salam
Allah… Allah…
’Alaikum Bisyukrillahi Ya Khoirol Umatin
Allah… Allah…
Bijahil Nabiy Mukhtarol Zainal Anbiyai
Allah… Allah…
Sholatun Wataslimun Wa Azka tahiatin
Allah… Allah…
‘Alal Musthofa Mukhtari Khoirol Bariyati
Allah… Allah…
Ya Arhamarrohimin Irhmana…
Ya Arhamarrohimin Irhamna…
Wa’afina Wa’fuanna Wa’alaa Tho’atika
Wa Syukrika… Inna…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Allahu Akbar Allahu Akbar
Yuhyi Qolba Dzikrullah…
Ya Allah…
Ya Robbi Sholli Afdholis Sholawat
’Alan Nabi Mahbubana
Thoha Rasuul Muhammadun wa ’Alaihi
Shollu ’Alaihi Wasallimu
Sholallahu ’Alaa Muhammad
Wa ’Alaa Aliihi Wa Salam
Sholallahu ’Alaa Muhammad
Wa ’Alaa Aliihi Wa Salam
Allah… Allah…
’Alaikum Bisyukrillahi Ya Khoirol Umatin
Allah… Allah…
Bijahil Nabiy Mukhtarol Zainal Anbiyai
Allah… Allah…
Sholatun Wataslimun Wa Azka tahiatin
Allah… Allah…
‘Alal Musthofa Mukhtari Khoirol Bariyati
Allah… Allah…
Ya Arhamarrohimin Irhmana…
Ya Arhamarrohimin Irhamna…
Wa’afina Wa’fuanna Wa’alaa Tho’atika
Wa Syukrika… Inna…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Astagfirullah… Astaghfirullah…
Allahu Akbar Allahu Akbar
20. Maulaya
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Sakantum Fu’adi Warobbul ’Ibad
Sakantum Fu’adi Warobbul ’Ibad
Wantum Muna’i Wa Aqhsol Murod
Wantum Muna’i Wa Aqhsol Murod
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Fahal Tus’iduni Bishofwil Widad
Fahal Tus’iduni Bishofwil Widad
Wahal Tamnahuni Syariefal Maqoom
Wahal Tamnahuni Syariefal Maqoom
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Amutu Wa Ahya ‘Alaa Hubbikum
Amutu Wa Ahya ‘Alaa Hubbikum
Wazurri Ladaikum Wa Izzi Bikum
Wazurri Ladaikum Wa Izzi Bikum
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Farobbi Rohiemun Kariemun Wadud
Farobbi Rohiemun Kariemun Wadud
Yajuzu ’Ala ManYasyabil Maroom
Yajuzu ’Ala ManYasyabil Maroom
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Sakantum Fu’adi Warobbul ’Ibad
Sakantum Fu’adi Warobbul ’Ibad
Wantum Muna’i Wa Aqhsol Murod
Wantum Muna’i Wa Aqhsol Murod
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Fahal Tus’iduni Bishofwil Widad
Fahal Tus’iduni Bishofwil Widad
Wahal Tamnahuni Syariefal Maqoom
Wahal Tamnahuni Syariefal Maqoom
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Amutu Wa Ahya ‘Alaa Hubbikum
Amutu Wa Ahya ‘Alaa Hubbikum
Wazurri Ladaikum Wa Izzi Bikum
Wazurri Ladaikum Wa Izzi Bikum
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Rasulallah Allah Ya Rasulallah
Maulaya Maulaya Maulaya Maulaya
Allah Ya Habiballah Allah Ya Habiballah
Farobbi Rohiemun Kariemun Wadud
Farobbi Rohiemun Kariemun Wadud
Yajuzu ’Ala ManYasyabil Maroom
Yajuzu ’Ala ManYasyabil Maroom
21. Marhaban Ya Nurul Aini
Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
Izhabana Biwujudin
Marhaban Marhaban
Musthofal Hadi Muhammad
Marhaban Marhaban
Ya Rasulallahi Ahlan Bika
Inna Bika Nus’ad
Wabijahih Ya Ilahi
Jud Wabaligh Kulla Maqsod
Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Wahdinan Nahja Sabilih
Kaibihim Nus’ad Wa Nursyad
Robbi Balighna Bijahih
Fijiwarih Khoiro Maq’aat
Asyroqol Kaunub Tihaja
Biwujudil Musthofa Ahmad
Wali Ahli Kauni Unsun
Wa Suruun Qod Tajaddal
Allah Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Fathrobu Ya Ahlan Masani
Fahazhoru Yummi Ghorrod
Wastahidu Bijamalin
Fauqo Fil Husni Tafarrod
Marhaban Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Walanal Busyro Bisa’din
Marhaban Mustamirin Laisa Yanfat
Marhaban Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Haitsu Utina Atho’an
Marhaban Jama’al Fakhrol Mu’abbad
Falirobbi Kullu Hamdin
Marhaban Marhaban
Jala’al Ya Surohul’ad
Marhaban Marhaban
Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
Ya Rasulallahi Ahlan Bika
Inna Bika Nus’ad
Wabijahih Ya Ilahi
Jud Wabaligh Kulla Maqsod
Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Washolatullahi Taghsya
Asyrofal Rusli Muhammad
Washolatullahi Taghsya
Asyrofal Rusli Muhammad
Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban
Wasalamun Mustamirun
Kulla Hinni Ya Tajaddal
Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
Izhabana Biwujudin
Marhaban Marhaban
Musthofal Hadi Muhammad
Marhaban Marhaban
Ya Rasulallahi Ahlan Bika
Inna Bika Nus’ad
Wabijahih Ya Ilahi
Jud Wabaligh Kulla Maqsod
Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Wahdinan Nahja Sabilih
Kaibihim Nus’ad Wa Nursyad
Robbi Balighna Bijahih
Fijiwarih Khoiro Maq’aat
Asyroqol Kaunub Tihaja
Biwujudil Musthofa Ahmad
Wali Ahli Kauni Unsun
Wa Suruun Qod Tajaddal
Allah Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Fathrobu Ya Ahlan Masani
Fahazhoru Yummi Ghorrod
Wastahidu Bijamalin
Fauqo Fil Husni Tafarrod
Marhaban Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Walanal Busyro Bisa’din
Marhaban Mustamirin Laisa Yanfat
Marhaban Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Haitsu Utina Atho’an
Marhaban Jama’al Fakhrol Mu’abbad
Falirobbi Kullu Hamdin
Marhaban Marhaban
Jala’al Ya Surohul’ad
Marhaban Marhaban
Marhaban Ya Nurol ’Aini
Marhaban Marhaban
Marhaban Jaddal Husaini
Marhaban Marhaban
Ya Rasulallahi Ahlan Bika
Inna Bika Nus’ad
Wabijahih Ya Ilahi
Jud Wabaligh Kulla Maqsod
Ya Nabi Salam ’Alaika
Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika
Washolatullahi Taghsya
Asyrofal Rusli Muhammad
Washolatullahi Taghsya
Asyrofal Rusli Muhammad
Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban
Wasalamun Mustamirun
Kulla Hinni Ya Tajaddal
Sholallahu ’Alaa Muhammad Marhaban
Sholallahu ’Alaihi Wa Salam Marhaban
22. Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Zahro-u Nuru ’Aini
Man Hadzaha Yu’dzini 2x)
Hakadza Qolarrasul
Fathimah Antil Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Fathimah Laki Hubbi
Walaki Khotwu Darbi 2x)
(Yanmu Dauman Fi Qolbi 2x)
Hubbu Fathimal Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ilahi Zidfi Umri Ma Baqitu Mindahri
Ilahi Zidfi Umri Ma Baqitu Mindahri
Hubbun Fi Qolbi Yajri
Hubbu Fathimal Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Shollu ’Alaa Thohaz Zaini
Bimaulid Ummil Hasanain 2x)
(Nurun Sati’un Mubin 2x)
Fathimah Antil Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Zahro-u Nuru ’Aini
Man Hadzaha Yu’dzini 2x)
Hakadza Qolarrasul
Fathimah Antil Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Fathimah Laki Hubbi
Walaki Khotwu Darbi 2x)
(Yanmu Dauman Fi Qolbi 2x)
Hubbu Fathimal Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ilahi Zidfi Umri Ma Baqitu Mindahri
Ilahi Zidfi Umri Ma Baqitu Mindahri
Hubbun Fi Qolbi Yajri
Hubbu Fathimal Batul
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
Ya Zahro-u Ya Zahro
(Shollu ’Alaa Thohaz Zaini
Bimaulid Ummil Hasanain 2x)
(Nurun Sati’un Mubin 2x)
Fathimah Antil Batul
23. Allah Allah
Allahu Allah Lamma Nadani Huwwa
Fashirtu ’Abdan Mamlukan Lahu Huwa
( Khoirol Bariyah Nazhroh ’Ilayya
Ma Anta Illa Kanzul ’Athiyyah 2x)
Allahu Allah Lamma Nadani Huwwa
Fashirtu ’Abdan Mamlukan Lahu Huwa
(Inni Muhibbun Bidzikri Ahmad
Basyir Muhibban Walau Biruuya 2x)
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Ya Rasulallahi Ya Man Hubbuhu Yasyfisiqom
Anta Wa Allahi Syafi’u lilWaro Yaumaz Ziham
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Nahnu Zurna Bihimakum
Wa Allah Ya Khoirol Anam
Anta Badrun Anta Syamsun
Anta Nuurun Ya Imam
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Allah Allah Al-Madad Ya Rasulallah
Yadimal Jah ’Alaika Sholawatullah
Antal Ma’ruf Bil Judil Mukhlidh Dhuyuf
Inni Malhuf Akhidzni Bihaqillah…
Antal Habibul ’Adzhom Sirrul Mujiib
Hasya Yakif Man Lana Bi Rasulillah
Shohibal Khodro Akrimna Minka Binzroh
Wa Abaz Zahro Wal Qosim Wa Abdillah
Allah Allah Al-Madad Ya Rasulallah
Yadimal Jah ’Alaika Sholawatullah
Fashirtu ’Abdan Mamlukan Lahu Huwa
( Khoirol Bariyah Nazhroh ’Ilayya
Ma Anta Illa Kanzul ’Athiyyah 2x)
Allahu Allah Lamma Nadani Huwwa
Fashirtu ’Abdan Mamlukan Lahu Huwa
(Inni Muhibbun Bidzikri Ahmad
Basyir Muhibban Walau Biruuya 2x)
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Ya Rasulallahi Ya Man Hubbuhu Yasyfisiqom
Anta Wa Allahi Syafi’u lilWaro Yaumaz Ziham
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Nahnu Zurna Bihimakum
Wa Allah Ya Khoirol Anam
Anta Badrun Anta Syamsun
Anta Nuurun Ya Imam
La Ilaha Illallah Allah Allah Ya Maulana
La Ilaha Illallah Allahu Ghofarrudzunub
Allah Allah Al-Madad Ya Rasulallah
Yadimal Jah ’Alaika Sholawatullah
Antal Ma’ruf Bil Judil Mukhlidh Dhuyuf
Inni Malhuf Akhidzni Bihaqillah…
Antal Habibul ’Adzhom Sirrul Mujiib
Hasya Yakif Man Lana Bi Rasulillah
Shohibal Khodro Akrimna Minka Binzroh
Wa Abaz Zahro Wal Qosim Wa Abdillah
Allah Allah Al-Madad Ya Rasulallah
Yadimal Jah ’Alaika Sholawatullah
24. Laka Ya Robb
Laka Ya Robbi Usholli
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Lastu Aqdho Lisiwaka
Wa Ana Tho’u Hudaka
Wa ’Aduwwul Li’idaka
Wa ’Aduwwul Kafirin
Laka Ya Robbi Usholli
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Fisholati Wa Khusyu’i
Fisujudi Wa Ruku’i
Fi Qiyami Wa Khudu’i
Aslukud Darbal Mubin
Laka Ya Robbi Usholli
Laka Ya Robbi Usholli…
Innani Ahwa Sholati
Innaha Nuru Hayati
Wasabili Linajati
Fisabilil Muttaqin
Laka Ya Robbi Usholli
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Robbi Ya Robbi Taqobbal
Sholawati Wa Tafadhol
Laka Inni Atawasal
Bikhitamil Mursalin
Laka Ya Robbi Usholi
Laka Ya Robbi Usholi…
Laka Ya Robbi Usholi
Laka Ya Robbi Usholi…
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Lastu Aqdho Lisiwaka
Wa Ana Tho’u Hudaka
Wa ’Aduwwul Li’idaka
Wa ’Aduwwul Kafirin
Laka Ya Robbi Usholli
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Fisholati Wa Khusyu’i
Fisujudi Wa Ruku’i
Fi Qiyami Wa Khudu’i
Aslukud Darbal Mubin
Laka Ya Robbi Usholli
Laka Ya Robbi Usholli…
Innani Ahwa Sholati
Innaha Nuru Hayati
Wasabili Linajati
Fisabilil Muttaqin
Laka Ya Robbi Usholli
Wa Uhibbul Qoo Imiin
Wa Du’ai Wa Roja-i
Ya Ilahal ’Alamiin
Robbi Ya Robbi Taqobbal
Sholawati Wa Tafadhol
Laka Inni Atawasal
Bikhitamil Mursalin
Laka Ya Robbi Usholi
Laka Ya Robbi Usholi…
Laka Ya Robbi Usholi
Laka Ya Robbi Usholi…