Isra’
adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Haram yang terletak
di kota Makkah ke masjid Al Aqsha yang terletak di Palestina. Sedang
mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid Al Aqsha yang
terletak di planet bumi menuju Mustawan, melalui tujuh planet atau
dengan kata lain, mi’raj adalah perjalanan inter planet. Jadi “isra’”
dan “mi’raj” adalah dua peristiwa yang disebutkan oleh Al Qur’an dalam
dua surat yang berbeda. Isra’ disebutkan dalam surat Isra’ ayat 1:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
سُبْحَانَ
الَّذِيْ أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الأَقْصى الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ
آيَاتِنَا ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.
“Dengan
nama Allah Yang Maha Luas belas-Nya lagi Maha Kekal kecitaan-Nya. Maha
Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muham-mad) pada waktu
sebagian dari malam hari dari masjid Al Haram ke masjid Al Aqsha yang
telah Kami beri berkah sekelilingnya agar Kami dapat menunjukkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia
adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Peristiwa mi’raj disebutkan dalam surat An Najmu ayat 13 – 18:
وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ
وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى .
“Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratil Muhtaha. Di dekatnya ada
sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya
yang paling besar”.
Hal
ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia selaku makhluk sosial
harus mengadakan hubungan atau komunikasi yang baik dengan sesama
makhluk Allah di muka bumi; sedang sebagai hamba Allah, manusia wajib
melakukan hubungan yang baik dengan Allah swt. yang telah menciptakannya
dan telah menganugerahinya berbagai macam keni’matan yang diperlukannya
selama hidupnya di dunia. Hubungan baik dengan sesama makhluk dan
dengan Sang Pencipta akan membawa ketenangan dan ketenteraman jiwa yang
menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia
maupun di akhirat.
Peristiwa sebelum dan selama Isra’
Pada
waktu Nabi Muhammad saw. berbaring di antara dua orang yaitu paman
beliau Hamzah dan sepupu beliau Ja’far bin Abi Thalib di Hijir Isma’il
dekat Ka’bah, tiba-tiba datang kepada beliau malaikat Jibril dan Mika’il
beserta seorang malaikat lain, kemudian ketiga malaikat tersebut
membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan
beliau. Di antara ketiga malaikat tersebut, yang mengurusi beliau adalah
Jibril.
Menurut
satu riwayat: “Atap rumah saya tersingkap, kemudian malaikat Jibril
turun”. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari tenggorokan
beliau sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan
hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati
beliau dan membasuhnya tiga kali serta mencabut apa yang menjadi bagian
dari syetan dari hati beliau; dan Mikail tiga kali membawakan baskom
berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas
yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan ditu-angkan habis ke dada
Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan
keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau
distempel dengan stempel kenabian.
Sebelum
beliau berangkat melakukan isra’ dan mi’raj, dada Nabi saw. dioperasi
untuk dikeluarkan sarang syetan dari hati beliau, kemudian hati beliau
diinjeksi dengan hikmah (kebijakan), keimanan, kesabaran, ilmu,
keyakinan dan keislaman (penyerahan diri).
Hikmah
yang terkandung dalam kisah di atas, ialah bahwa sebelum kita memulai
pekerjaan untuk mencapai tujuan yang hendak kita capai, maka dada kita
harus kita operasi dan kita buang sarang syetan dari hati kita dengan
mengucapkan dua kalimah syahadat dengan meyakini makna yang terkandung
di dalamnya. Kemudian kita isi hati kita dengan kebijaksanaan, keimanan,
kesabaran, ilmu, keyakinan dan penye-rahan diri pada ketentuan dari
Allah swt.
Kemudian
didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali. Buraq
itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari kimar dan
lebih kecil dari keledai. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas
pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung
kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki
depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang
dapat membantu dan memperkuat kecepatannya, sehingga menyulitkan Nabi
saw. untuk menaikinya. Kemudian Jibril meletakkan tangannya pada
surainya seraya berkata: “Adakah engkau tidak malu wahai buraq?; demi
Allah, tidak ada seorang makhlukpun yang menaikimu yang lebih mulia
menurut Allah dari pada beliau, maka malulah si buraq, lalu berbaring
dan tenang sehingga Nabi saw dapat menaikinya. Nabi-nabi sebelumnya juga
pernah menaiki buraq.
Sa’id
bin Musayyab dan lainnya berkata bahwa buraq ini adalah kendaraan Nabi
Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya menuju Baitul Haram. Kemudian
Jibril berangkat dengan Nabi saw. Jibril berada di sebelah kanan Nabi
saw., sedangkan Mikail di sebelah kiri beliau. Menurut Ibnu Sa’ad,
malaikat Jibril memegangi tempat duduknya, sedang Mikail memegangi
kendali.
Kendaraan
yang dipergunakan oleh Nabi sewaktu isra’ adalah buraq yang sangat
cepat, satu langkah sampai pada batas pandangan atau cakrawala, sangat
tajam pendengarannya, dan stabil. Semula Nabi saw. kesulitan untuk
menaiki buraq; akan tetapi berkat bantuan Jibril, akhirnya dengan mudah
beliau dapat menaikinya. Dan dalam perjalanan selanjutnya Nabi saw.
selalu dibimbing oleh Jibril dan Mikail.
Hikmah
yang terkandung dalam kisah diatas, ialah bahwa apabila ilmu dan mental
kita telah siap untuk memulai pekerjaan, maka semua tugas harus kita
kerjakan dengan cepat, jangan sampai ada yang kita tunda-tunda, kita
harus mendengarkan setiap saran dan kritik yang membangun dan kita harus
menjaga stabilitas dari pekerjaan kita. Untuk itu kita wajib memerlukan
doa, nasihat dan bimbingan dari para ahli yang hatinya ikhlas.
Dalam
perjalanan isra’ dari Masjidil Haram di Makkah sampai ke Baitul
Muqaddas di Palestina, Nabi saw. beserta Jibril dan Mikail singgah di
Madinah, Madyan, gunung Sinai dan Bethlehem. Setiap kali singgah, Nabi
saw. diminta oleh malaikat Jibril untuk melakukan shalat dua raka’at;
dan setelah sampai di masjid Al Aqsha, beliau telah ditunggu oleh arwah
para nabi, sejak nabi Adam as. sampai dengan nabi Isa as. untuk
melakukan shalat berjama’ah dan beliau diminta untuk menjadi imam.
Hikmah di balik kisah Isra’
Perjalanan
isra’ dimulai dari masjid Al Haram di kota Makkah ialah karena kota
Makkah pada waktu itu adalah pusat segala macam bentuk kejahatan,
kemaksiatan, kemungkaran, kemusyrikan dan kekufuran. Sehingga kota
Makkah dapat diibaratkan sebagai lambang rumah tangga, atau wilayah,
atau negara yang rusak, berantakan dan kacau balau.
Perjalanan
isra’ berakhir di masjid Al Aqsha ialah karena masjid tersebut
dinyatakan oleh Allah swt. dalam surat Al Isra’ ayat 1 sebagai tempat
yang telah diberkahi sekelilingnya, sehingga masjid Al Aqsha dapat
diibaratkan sebagai rumah tangga, atau wilayah,atau negara yang aman,
tenteram, damai, adil dan makmur lahir dan batin, material dan
spiritual.
Singgah di Madinah, karena kota Madinah adalah tempat hijrah dari Nabi Muhammad saw.
Singgah
di Madyan, karena kota Madyan adalah tempat hijrah dari Nabi Musa as.
sewaktu akan dibunuh oleh raja Fir’aun dari Mesir. Di Madyan ini nabi
Musa as. diambil menantu oleh nabi Syu’aib as. Dan setelah nabi Musa as .
kaya raya dan merasakan kenikmatan hidup, beliau diperintah oleh Allah
swt. pergi ke Mesir untuk berjuang dan membebaskan bangsa Yahudi dari
kemiskinan dan penindasan raja Fir’aun dengan meninggalkan kesenangan
dan kenikmatan hidup yang beliau rasakan.
Singgah
di gunung Sinai, karena di gunung Sinai inilah Nabi Musa as. menerima
wahyu dari Allah swt. Gunung adalah tempat yang tinggi, sedang wahyu
adalah ilmu. Sehingga gunung Sinai adalah lambang dari ketinggian ilmu
pengetahuan.
Singgah
di Bethlehem, karena kota Bethlehem adalah tempat kelahiran nabi Isa
as. Nabi Isa as. adalah seorang nabi yang hidupnya penuh dengan
pengorbanan. Sehingga Bethlehem dapat digambarkan sebagai lambang dari
keberanian berkorban.
Shalat
yang setiap kali dilakukan di tempat-tempat persinggahan, karena shalat
itu pada hakekatnya adalah menghadap kepada Allah swt. untuk memohon
pertolongan dan petunjuk-Nya.
Hal
tersebut memberikan pelajaran bagi kita sekalian, bahwa untuk
memperbaiki rumah tangga, atau wilayah atau negara yang kacau balau dan
penuh dengan berbagai macam penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan,
penindasan dan lain sebaginya yang digambarkan sebagai kota Makkah
menjadi rumah tangga, atau wilayah, atau negara yang aman, tenteram,
penuh dengan kedamaian, kebahagiaan, keadilan dan kemakmuran, haruslah
dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
Tahap
Madinah, artinya semua anggota rumah tangga atau seluruh penduduk
sesuatu wilayah atau negara harus mau berhijrah yang berarti
meninggalkan kemusyrikan, kekufuran, kemaksiatan, kemungkaran dan segala
macam bentuk perbuatan dan sikap yang negatif.
Tahap
Madyan, artinya jika semua penghuni rumah tangga, atau wilayah, atau
negara sudah mau melakukan hijran, meninggalkan hal-hal yang dilarang
oleh Allah swt. dan sudah mau bertaqwa dalam arti yang sebenarnya, maka
setiap orang yang menjadi pemimpin rumah tangga, atau wilayah, atau
negara tersebut jangan sampai bersenang-senang, bernikmat-nikmat dan
bermewah-mewah dalam hal makanan, pakaian dan tempat tinggal, selagi
orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya masih ada yang hidup dalam
keadaan melarat, apalagi hidup jauh di bawah garis kemiskinan. Hal ini
pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. setelah beliau memperoleh
kemenangan demi kemenangan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dan banyak memperoleh rampasan
perang. Jika mau tentu beliau dapat memperkaya diri, sebab beliau
memegang jabatan rangkap, yaitu sebagai Rasul Allah, Kepala negara dan
Panglima Perang. Akan tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa rumah
beliau hanya sebesar ruangan yang sekarang dijadikan makam beliau di
masjid Nabawi di Madinah; pakaian beliau sangat sederhana; dan menurut
hadits yang diriwayatkan dari isteri beliau Siti ‘Aisyah ra., beliau
tidak pernah kenyang selama dua hari berturut-turut. Harta kekayaan
beliau lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan rakyatnya dari pada
dipergunakan untuk kepentingan keluarga beliau sendiri.
Tahap
gunung Sinai, artinya ialah bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup yang
sempurna, setiap penghuni rumah tangga, atau wilayah, atau negara harus
selalu berusaha untuk meningkatkan ketinggian ilmu pengetahuan. Sebab
dengan pengetahuan yang tinggi, terutama ilmu agama, seseorang akan
menjadi mudah untuk menyelesaikan setiap problem atau masalah yang
dihadapi dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari.
Tahap
Bethlehem, artinya ialah bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup yang
sejati, diperlukan keberanian untuk berkorban, baik harta, tenaga,
bahkan jiwa sekalipun; terutama korban perasaan atau korban sentimen.
Sebab di mana-mana sekarang ini dapat kita saksikan banyak orang yang
telah mengakui dan menyadari akan kebenaran dari ajaran agama Islam.
Namun karena mereka harus mempertahankan gengsi dan tidak berani
mengorbankan perasaan dan sentimen, mereka tetap berpegang teguh pada
ajaran agama yang hati kecil mereka sebenarnya telah menyatakan
kebatalannya.
Shalat
dua raka’at yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw. atas anjuran
malaikat Jibril di tempat-tempat persinggahan, adalah memberikan
pelajaran kepada kita sekalian bahwa pada saat kita sedang menekuni
pekerjaan dalam rangka mencapai cita-cita yang menjadi tujuan hidup
kita, kita akan menyadari bahwa kemampuan kita sebagai manusia adala
sangat terbatas, jauh berkurang dibandingkan dengan cita-cita kita.
Untuk
itu secara mutlak kita memerlukan petunjuk, bimbingan dan pertolongan
dari Allah swt. Petunjuk, bimbingan dan pertolongan tersebut harus kita
minta. Untuk meminta petunjuk, bimbingan dan pertolongan kepada Allah
swt. kita harus menghadap (sowan = sebo Jw.) dengan cara yang telah
ditetapkan dan yang telah direstui oleh Allah swt.sendiri, yaitu shalat
menurut ajaran agama Islam. Jadi pada saat kita sangat sibuk menjalankan
tugas-tugas yang amat penting sebagaimana kesibukan yang dialami oleh
Nabi Muhammad saw. pada saat memenuhi panggilan dari Allah swt. untuk
menjemput kewajiban shalat, maka kita harus lebih aktif menunaikan
shalat, menghadap ke haribaan-Nya. Bukan sebaliknya, pada saat kita
sedang sibuk bekerja, kita menunda-nunda, bahkan melalaikan shalat kita.
Pada
saat Nabi Muhammad saw. sampai di masjid Al Aqsha, sebelum masuk ke
dalam masjid, buraq yang beliau naiki ditambatkan lebih dahulu, meskipun
pada hakekatnya buraq tersebut tidak akan lari atau hilang. Dan
andaikata lari atau hilang, pasti malaikat Jibril akan mengembalikannya
kepada beliau. Hal ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa dalam
melaksanakan tugas hidup dan kehidupan sehari-hari, kita wajib menta’ati
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh hukum syariat agama
Islam. Kita dilarang untuk berpe-gangan kepada hakekat tanpa mau
mentaati syariat.
Setelah
Nabi Muhammad saw. melakukan shalat berjama’ah di masjid Al Aqsha,
sebelum naik ke dalam kendaraan interplanet yang akan mengantarkan
beliau ke suatu tempat yang telah ditentukan oleh Allah swt., beliau
disodori tiga macam minuman oleh malaikat Jibril, yaitu: arak, air dan
puan (susu). Kemudian beliau memilih susu, yang kemudian pilihan beliau
tersebut dibenarkan oleh malaikat Jibril. Hal ini memberi pelajaran
kepada kita sekalian, bahwa untuk menjaga stabilitas ketenangan dan
ketenteraman jiwa yang menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup
yang hakiki, seseorang dituntut oleh agama Islam agar selalu menjaga
dirinya dengan makanan dan minuman yang halal dan bagus bagi kesehatan
tubuh, sebagaimana susu yang halal menurut ajaran agama Islam dan bagus
menurut ahli kesehatan karena padat gizi. Berbeda halnya dengan arak
yang telah dinyatakan haram oleh ajaran agama Islam dan merusak
kesehatan menurut para ahli dalam bidang kesehatan. Dan berbeda pula
dengan air, meskipun air tawar tersebut halal menurut ajaran syari’at
Islam, namun tidak mengandung gizi yang sangat diperlukan bagi kesehatan
tubuh manusia. Makanan dan minuman yang halal dan bagus bagi kesehatan
tubuh adalah syarat utama bagi do’a untuk dikabulkan oleh Allah swt.
Disamping
itu, susu tersebut adalah ibarat dari agama Islam, yang cocok untuk
segala umur dan cocok bagi segala macam bangsa di seluruh dunia.
Peristiwa selama Mi’raj
1. Nabi
Muhammad saw. melihat Jin Ifrit yang membuntuti beliau dengan membawa
obor. Setiap kali beliau menoleh, beliau melihatnya. Kemudian malaikat
Jibril berkata, “Maukah Tuan saya ajari doa yang apabila tuan
membacanya, maka obornya akan padam dan masuk ke dalam mulutnya?”
Rasulullah saw. bersabda, “Baik!”. Lalu malaikat Jibril berkata,
“Ucapkan:
اَعُوْذُ
بِوَجْهِ اللّهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللّهِ التَّمَّاتِ الَّتِيْ
لاّ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ
السَّمَآءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَاَ فِى
الأَرْضِ وَمِـنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّ طَارِقًا
يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَّا رَحْمنُ .
Aku
berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan
tidak pula orang yang durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa
saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke
langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari
kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu
malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari
dan siang hari, kecuali bencana yang datang dengan kebaikan, wahai Dzat
Yang Maha Penyayang!
Setelah Nabi Muhammad saw. membaca doa tersebut, maka jin Ifrit yang membuntuti beliau jatuh tersungkur dan obornya padam.
Peristiwa
di atas memberi pelajaran kepada kita sekalian, bahwa sewaktu kita
sedang melaksanakan tugas, terkadang datang gangguan dari jin yang
datang dengan sendirinya maupun yang disuruh oleh orang lain untuk
menggagalkan usaha kita. Oleh karena itu agar kita selamat dari gangguan
tersebut, maka do’a yang diajarkan oleh malaikat Jibril tersebut perlu
kita baca setiap kali kita akan melakukan tugas.
2. Nabi
melihat kaum yang menanam tanaman pada suatu hari dan pada hari itu
pula tanaman tersebut dapat dipanen. Dan setiap kali dipanen, buahnya
kembali lagi seperti semua. Setelah ditanyakan kepada malaikat Jibril
beliau mendapat jawaban bahwa apa yang beliau lihat itu adalah gambaran
dari orang-orang yang berjuang untuk membela agama Allah. Amal baik
mereka dilipatkan gandakan sampai 700 kali. Dalam surat Saba’ ayat 39,
Allah swt. berfirman:
وَمَآ أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهً … الآية.
Dan barang apa saja yang kamu infakkan (dermakan), maka Allah akan menggantinya . . . . . . .
3. Nabi
Muhammad saw. mencium bau harum. Setelah ditanyakan kepada malaikat
Jibril tentang bau apakah yang tercium oleh Nabi Muhammad saw. tersebut;
beliau mendapat jawaban bahwa bau tersebut adalah bau dari Masyithah
beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh raja Fir’aun dari
Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya dan
mengingkari ketuhanan Fir’aun.
4. Masyithah
adalah tukang menata rambut dari anak perempuan Fir’aun. Pada suatu
hari, ketika Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja
Fir’aun, sisirnya jatuh dan Masyithah mengucapkan:
بِسْمِ اللهِ تَعِسَ فِرْعَوْنُ
Dengan nama Allah, rugi si Fir’aun.
Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan Fir’aun dengan Masyithah sebagai berikut:
· Anak Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ?”
· Masyithah: “Ya!”
· Anak Fir’aun: “Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada ayahku?”
· Masyithah: “Berani!”
Setelah
anak Fir’aun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan
Masyithah, maka Masyithah pun dipanggil oleh Fir’aun, lalu terjadi
dialog sebagai berikut:
· Fir’aun: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?”.
· Masyithah: “Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !”.
Mendengar
jawaban tersebut Fir’aun pun menyuruh agar suami dan kedua anak
Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Fir’aun
membujuk Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya
(agama tauhid) dan mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu
Fir’aun ditolak oleh keduanya, maka Fir’aun berkata kepada keduanya:
“Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua beserta anak-anak kalian!”.
Masyithah
menjawab: “Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan terhadap
kami. Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami sekeluarga
dikubur dalam satu rumah!”.
Fir’aun
berkata: “Baik, permintaanmu akan kami kabulkan!” Kemudian Fir’aun
memerintahkan untuk menyiapkan sebuah wajan besar penuh dengan minyak.
Setelah wajan tersebut dipanaskan dan medidih, anak Masyithah yang besar
dimasukkan lebih dahulu, sedang Masyithah beserta suaminya dan anaknya
yang masih berumur tujuh bulan disuruh menyaksikan, dengan harapan agar
Masyithah berubah pendiriannya. Kemudian suami Masyithah mendapat
giliran yang kedua. Setelah giliran sampai pada Masyithah dan anaknya
yang masih menetek, tiba-tiba anak Masyithah yang masih menetek berkata
dengan fasih kepada ibunya: “Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati membela
kebenaran; masuklah ke dalam wajan!”. Kemudian Masyithahpun dilemparkan
ke dalam wajan tersebut beserta anaknya.
Dalam
ajaran Islam dikenal ada empat orang bayi yang masih dalam gendongan
yang dapat berbicara dengan fasih, yaitu anak Masyithah ini, saksi Nabi
Yusuf as. atas perbuatan Zulaikha, saksi atas kebersihan Kyai Juraij
dari perbuatan zina, dan Nabi Isa as. sewaktu ibunya dituduh oleh
orang-oarang Yahudi telah berbuat zina.
5. Nabi
Muhammad saw. melihat kaum yang membentur-benturkan kepala mereka pada
batu sehingga kepala mereka itu pecah. Dan setiap kali kepala mereka
pecah, maka pulih kembali, lalu mereka benturkan kembali. Pekerjaan
tersebutmereka lakukan terus-menerus tanpa berhenti. Nabi Muhammad saw.
mendapat jawaban dari malaikat Jibril atas pertanyaan beliau, bahwa
perbuatan tersebut adalah gambaran dari siksaan yang akan diberikan di
hari kiamat kepada orang-orang yang malas melakukan shalat wajib dan
sering mengakhirkan dari waktunya.
6. Nabi
Muhammad saw. melihat kaum yang pergi berombongan seperti kawanan unta
dan kambing yang pergi ke tempat penggembalaan dalam keadaan telanjang.
Hanya kemaluan dan dubur mereka saja yang tertutup dengan secarik kain.
Mereka makan kayu berduri yang sangat busuk baunya (kayu dlari’), buah
zaqqum (buah tetumbuhan yang sangat pahit) dan bara serta batu-batu dari
nereka Jahannam. Malaikat Jibril menerangkan bahwa kaum tersebut adalah
gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang tidak mau membayar zakat,
baik zakat wajib maupun zakat sunnat. Allah swt. sama sekali tidak
menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
7. Nabi
Muhammad saw. melihat kaum yang menghadapi dupa potong daging. Yang
sepotong daging yang telah masak dalam sebuah kendil, sedang yang
sepotong lagi daging mentah yang busuk. Kaum tersebut melahap daging
mentah yang busuk serta meninggalkan daging yang telah masak. Kaum
tersebut adalah gambaran dari ummat Nabi Muhammad saw. yang telah
mempunyai isteri yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi pelacur
dan tidur bersama pelacur sampai pagi; dan gambaran dari para wanita
yang telah mempunyai suami yang halal dan baik, tetapi mereka mendatangi
laki-laki hidung belang dan tidur bersamanya sampai pagi.
8. Nabi
Muhammad saw. melihat kayu yang melintang di tengah jalan, sehingga
tidak ada pakaian atau lainnya yang melewatinya, kecuali kayu tersebut
menyobekkannya. Keadaan tersebut adalah sebagai gambaran dari ummat Nabi
Muhammad saw. yang suka duduk-duduk di jalanan sehingga mengganggu
kelancaran lalu lintas. Setelah menjawab pertanyaan Nabi Muhammad saw.
malaikat Jibril membaca ayat Al Qur’an yang tersebut dalam surat Al
A’raf ayat 86 yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
وَلاَ تَقْعُدُوْا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوْعِدُوْنَ وَتَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّهِ … الآية
Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah ….
9. Nabi
Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang berenang di sungai darah
dengan menelan batu. Ini adalah gambaran dari orang yang memakan riba.
10. Nabi
Muhammad saw. melihat orang laki-laki yang mengumpulkan kayu bakar.
Laki-laki tersebut tidak kuat membawanya; akan tetapi jumlah kayu bakar
tesebut tidak dikurangi, melainkan ditambahi. Ini adalah gambaran dari
ummat Nabi Muhammad saw. yang memangku tugas atau jabatan rangkap. Dia
tidak mampu menunaikan amanat-amanat dari tugas-tugas dan
jabatan-jabatan tersebut, akan tetapi masih mau menerima tugas dan
jabatan lainnya.
11. Nabi
Muhammad saw. melihat kaum yang mengguntingi lidah dan bibir mereka
dengan gunting besi. Setiap kali lidah dan bibir mereka digunting, maka
lidah dan bibir tersebut kembali seperti sedia kala. Mereka melakukan
hal tersebut terus menerus tanpa berhenti. Ini adalah ibarat dari
tukang-tukang khutbah yang menimbulkan fitnah, yaitu tukang-tukang
khutbah dari ummat Nabi Muhammad saw. yang meng-khutbahkan apa yang
mereka sendiri tidak melakukannya.
12. Nabi
Muhammad saw. melihat kaum yang mempunyai kuku-kuku dari logam. Mereka
mencakari muka dan dada mereka dengan kuku tersebut. Ini adalah ibarat
orang-orang yang senang menggunjing (ngrasani-Jw.) orang lain dan
melecehkan kehormatan orang lain.
13. Nabi
Muhammad saw. melihat sapi jantan yang besar keluar dari lubang yang
kecil. Sapi tersebut ingin masuk kembali ke dalam lubang tempat ia
keluar, akan tetapi tidak dapat. Ini adalah ibarat dari orang yang
mengucapkan omongan yang besar, kemudian dia menyesalinya, tetapi tidak
dapat menarik kembali omongan tersebut.
14. Nabi
Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kanan: “Wahai Muhammad,
pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak
menjawab, kemudian malaikat Jibril menerangkan kepada Nabi Muhammad
saw.: “Panggilan tadi adalah panggilan dari orang-orang Yahudi.
Andaikata tuan memenuhi panggilan terseubt, niscaya ummat tuan akan
memeluk agama Yahudi!”.
15. Nabi
Muhammad saw. mendengar panggilan dari arah kiri: “Wahai Muhammad,
pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad saw. tidak
menjawab, kemudian malaikat Jibril berkata kepada beliau: “Panggilan
tadi adalah panggilan dari orang-orang Nasrani. Seandainya tuan memenuhi
panggilannya, niscaya ummat tuan akan memeluk agama Nasrani!”.
16. Nabi
Muhammad saw. melihat wanita yang terbuka kedua lengan bawahnya dan
memakai segala macam perhiasan. Wanita tersebut berkata: “Wahai
Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta kepadamu !”. Nabi Muhammad
saw. tidak menolehnya. Setelah Nabi Muhammad saw. bertanya kepada
malaikat Jibril tentang siapakah wanita tersebut, maka malaikat Jibril
menjawab: “Itulah dunia!; jika tuan memenuhi panggilannya, niscaya ummat
tuan lebih mementingkan dunia dari pada akhirat.
17. Nabi
Muhammad saw. bertemu dengan seorang tua yang mengajak beliau untuk
menyimpang dari jalan yang akan dilaluinya sambil berkata: “Kemari
Muhammad !”. Malaikat Jibril berkata: “Terus lurus Muhammad !”. Nabi
Muhammad saw. bersabda kepada Jiril: “Siapakah dia ?”. Jibril menjawab:
“Dia adalah Iblis, musuh Allah, yang menginginkan agar tuan cenderung
kepadanya !”.
18. Nabi
Muhammad saw. bertemu dengan seorang wanita tua di pinggir jalan
memanggil Nabi saw.: “Wahai Muhammad, pandanglah aku; aku akan meminta
kepadamu !!”. Malaikat Jibril berkata bahwa wanita tua itu adalah
gambaran dari umur dunia yang tidak lagi tersisa kecuali seperti sisa
umur dari wanita tua tersebut.
Ketujuhbelas
pengalaman yang dilihat oleh Nabi Muhammad saw. selama dalam perjalanan
isra’ tersebut adalah memberikan pelajaran kepada kita sekalian bahwa
dalam usaha menuju kebahagiaan yang sejati, kita akan menemui
problem-problem yang harus kita selesaikan dengan sebaik-baiknya menurut
petunjuk yang telah diberikan oleh Allah swt. kepada kita sekalian.
Setelah
Nabi Muhammad saw. selesai shalat berjama’ah dengan arwah para Nabi
terdahulu dan minum susu, maka beliaupun naik kendaraan yang akan
membawa beliau ke suatu tempat yang disebut dengan Mustawan dengan
menyinggahi tujuh planet, dengan dikawal oleh malaikat Jibril dan dua
orang malaikat lainnya. Planet-planet yang disinggahi Nabi Muhammad
saw.:
Planet pertama. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Adam as. yang ahli dalam bidang pendidikan.
Planet kedua.
Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan: Nabi Isa as. yang ahli
dalam bidang kesehatanl dan Nabi Yahya sa. yang ahli dalam bidang
pengajaran.
Planet ketiga.
Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Yusuf as. yang ahli
dalam bidang ekonomi. Beliaulah yang pernah berhasil menyelamatkan
perekonomian dunia sewaktu dilanda oleh paceklik selama tujuh tahun.
Planet keempat.
Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Idris as. yang ahli
dalam bidang kerajinan tangan, produksi dan industri. Beliaulah orang
yang pertama kali menemukan tulisan dan pakaian berjahit.
Planet kelima. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Harun as. yang ahli dalam bidang diplomasi.
Planet keenam. Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Musa as. yang ahli dalam strategi dan siasat perang.
Planet ketujuh.
Di sini Nabi Muhammad saw. dipertemukan dengan Nabi Ibrahim as. yang
ahli dalam pembangunan fisik (beliau adalah pendiri Ka’bah). Dalam
pertemuan ini Nabi Ibrahim as. berpesan kepada Nabi Muhammad saw.
sebagai berikut: “Muhammad, suruhlah ummatmu memperbanyak tanaman sorga;
karena sorga itu tanahnya sangat subur dan luas!” Nabi Muhammad saw.
bertanya: “Apakah tanaman sorga itu?” Nabi Ibrahim as. menjawab: Tanaman
sorga itu adalah ucapan:
سُبْحَانَ
اللّهِ وَالْحَمْدُ لِلّهِ وَلاَ اِلهَ اِلاَّ اللَهُ وَاللّهُ أَكْبَرُ
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Maha
suci Allah. Segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah
adalah Yang Maha Besar. Tiada daya untuk dapat menyingkir dari maksiat
dan tiada kekuatan untuk dapat melakukan tha’at, kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Pelajaran dari Mi’raj
Perjalanan
mi’raj dengan singgah di ketujuh planet tersebut adalah untuk memberi
pelajaran kepada kita, bahwa untuk meningkatkan kwalitas sumber daya
manusia, maka yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan:
Mutu dan kwalitas pendidikan dengan memberikan contoh dan tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
Mutu dan kwalitas kesehatan.
Mutu dan kwalitas pengajaran yang disesuaikan dengan keperluan.
Perekonomian dari jalan dan cara yang halal menurut pandangan agama Islam.
Mutu dan kwalitas produksi.
Hubungan diplomatik yang menguntungkan kepentingan agama.
Mutu dan kwalitas pertahanan dan keamanan.
Mutu dan kwalitas pembangunan, sarana dan prasarana fisik.
Disamping itu peristiwa tersebut juga mengajarkan kepada kita akan perkembangan hidup manusia di dunia ini:
Masa
sejak manusia lahir sampai masa masuk sekolah. Pada masa ini, yang
sangat diperlukan adalah memberikan pendidikan yang baik dengan
memberian contoh dan tauladan yang baik dari orang tua dan harus dijaga
benar-benar kesehatan anak.
Masa
sekolah. Pada masa ini anak sudah harus diajar dengan ilmu-ilmu yang
berguna bagi kehidupannya di kelak kemudian hari, terutama ilmu agama
Islam sehingga dapat menjiwai tingkah lakunya dan harus diperhatikan
terus kesehatannya.
Masa
remaja, yaitu masa anak-anak sudah pandai meminta uang kepada orang tua
untuk memenuhi segala macam keperluannya. Pada masa ini anak-anak harus
sudah diberi pengertian mengenai pengaturan ekonomi yang sehat menurut
ajaran Islam dan yang diridlai oleh Allah swt.
Masa
dewasa, yaitu masa anak mulai berumah tangga dan memerlukan alat-alat
rumah tangga. Pada masa ini harus ditekankan bahwa pemakaian alat-alat
rumah tangga hasil karya sendiri adalah jauh lebih baik dari alat-alat
rumah tangga buatan luar negeri yang harus dibeli dengan mahal.
Setelah
anak berumah tangga dan hidup di masyarakat berpisah dengan kedua orang
tuanya, maka diajarkan bagaimana seharusnya dia berhubungan dan
berdiplomasi dengan masyarakat sekitarnya agar tujuan hidupnya tercapai
serta dicintai oleh masyarakat sekitarnya.
Fase
terakhir dari kehidupan anak manusia adalah saat sudah senang untuk
membangun rumah tempat tinggalnya, membangunkan rumah bagi anak dan
cucunya. Saat ini menjadi tanda bahwa seseorang telah berada di langit
ketujuh.
Dari
langit ketujuh Nabi Muhammad saw. diajak naik lagi sampai di suatu
tempat yang disebut dengan “SIDRATUL MUNTAHA”. Dari Sidratul Muntaha,
Nabi Muhammad saw. dipersilahkan meneruskan perjalanan ke Mustawan tanpa
pengawalan seorang malaikatpun. Di Mustawan Nabi Muhammad saw. sujud
mengahadap Allah swt. Dan setelah Nabi Muhammad saw. dipersilahkan duduk
bangkit dari sujud, maka Nabi Muhammad saw. berdatang sembah:
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّهِ
“Segala puji sekelamatan, segala berkah, segala rahmat ta’dhim, serta segala
kebaikan adalah tetap bagi Allah”.
Ucapan
Nabi Muhammad saw. tersebut adalah berupa pengembalian mandat kepada
Allah swt., karena berbagai macam rintangan dan hambatan yang dihadapi
oleh beliau sebagai seorang nabi dan utusan Allah swt.
Pengembalian mandat tersebut dijawab oleh Allah swt.:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Keselamatan tetap atas kamu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkah-berkah-Nya”.
Firman
Allah swt. tersebut adalah penetapan dan pengukuhan jabatan Nabi
Muhammad saw. sebagai utusan Allah. Setelah mendapat pengukuhan dengan
jaminan keselamatan, rahmat dan berkah bagi pelaksanaan tugas tersebut,
Nabi Muhammad saw. menjawab:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللّهِ الصَّالِحِيْنَ
“Semoga keselamatan tetap atas kami dan para hamba Allah yang shaleh”
Ucapan
Nabi Muhammad saw. tersebut adalah berupa permohonan agar yang dijamin
selamat dalam tugas menyiarkan agama Islam bukan hanya beliau, tetapi
juga para hamba Allah yang shaleh yang siap membela agama.
Kemudian para malaikat memberikan sambutan dengan ucapan:
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا رَّسُوْلُ اللّهِ
“Aku mengakui bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah; dan aku mengakui
bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah”.
Lalu para bidadari pun memberikan sambutan dengan ucapan mereka:
أَللّهُمَّ
صَلِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحّمَّـدٍكَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرِاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ .
“Ya
Allah, berikanlah kesejahteraan pada pemimpin kami Nabi Muhammad dan
pada keluarga dari pemimpin kami Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberikan kesejahteraan pada pemimpin kami Nabi Ibrahim dan pada
keluarga dari pemimpin kami Nabi Ibrahim. Ya Allah, berikanlah berkah
pada pemimpin kami Nabi Muhammad dan pada keluarga dari pemimpin kami
Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah pada pemimpin
kami Nabi Ibrahim dan keluarga dari pemimpin kami Nabi Ibrahim. Di alam
semesta ini sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.
Saat
itu Nabi Muhammad saw. menerima kewajiban shalat 50 (limapuluh) kali
sehari semalam. Akan tetapi sewaktu dalam perjalanan kembali, di langit
keenam, Nabi Musa as. menganjurkan kepada Nabi Muhammad saw. agar
meminta potongan kepada Allah swt. sebab ummat Nabi Muhammad saw. tidak
akan mampu melaksanakan shalat limapuluh kali sehari semalam. Atas
anjuran tersebut Nabi Muhammad saw. berulang kembali menghadap Allah
swt. sampai sembilan kali. Dan setiap kali menghadap beliau mendapat
potongan sebanyak lima, sehingga kewajiban shalat sehari semalam yang
semula limapuluh kali menjadi lima kali sehari semalam. Akhirnya Nabi
Muhammad saw. berpamitan kepada Allah swt. dengan mengucapkan:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak balikkan sekalian hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu Islam”.
Hikmah
dari perhentian Nabi Muhammad saw. di Sidratul Muntaha adalah memberi
pelajaran kepada kita sekalian, bahwa pada akhirnya seluruh manusia akan
mati dan dimandikan dengan air cendana. Sebab sidrah itu artinya adalah
cendana, sedang muntaha itu berarti batas akhir. Setelah manusia mati,
maka malaikat hafadhah yang menjaganya selama hidupnya akan meninggalkan
dirinya. Dia harus sendirian masuk kubur, yaitu tempat yang rata atau
sama bagi seluruh manusia tanpa membedakan pangkat, derajat dan warna
kulit, karena mustawan itu berarti tempat yang rata atau sama.
Setelah
manusia mati, nyawanya masuk ke alam barzah, manusia dimintai
pertanggung jawaban oleh Allah swt. akan segala macam tugas dan
kewajibannya selama hidup di dunia sebagai hamba Allah swt. maupun
sebagai makhluk sosial.
· Dipetik dari kitab karangan Al ‘Allamah Najmuddin al Ghaithiy.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !