USAMAH BIN ZAID
Sepintas nama ini kita baca pada hadits yang membicarakan tentang
keutamaan bulan Sya’ban, terlebih Nishfu Sya’ban. Ya beliaulah sahabat
Nabi Saw. bernama Sayyidina Usamah bin Zaid. Berikut ini kami tuliskan
sekelumit dari biografinya. Semoga bermanfaat.
a. Usamah Panglima Termuda Islam
Usamah bin Zaid benar-benar menapaktilasi perjuangan ayahnya, Zaid bin
Haritsah. Ketika kecil, mereka sama-sama dicintai Rasulullah Saw. Pada
puncak perjuangan, mereka sama-sama diangkat menjadi panglima perang.
Bedanya, sang ayah wafat di medan perang, sementara Usamah wafat di
Madinah dalam keadaan damai. Penunjukan Rasulullah Saw. terhadap Usamah
bin Zaid untuk menjadi panglima perang yang akan memerangi Kabilah
Qudha’ah yang membantu tentara Romawi di perbatasan Syria, menuai reaksi
tajam dari para sahabat Anshar. Mereka tidak rela berada di bawah
komando seseorang yang baru berumur 20 tahun. Maka, setelah Rasulullah
wafat, perintah itu dipertanyakan oleh para sahabat senior: “Benarkah
Rasulullah mengangkat anak itu menjadi pemimpin bagi orang-orang
terdahulu dari Muhajirin dan Anshar?” Mereka merasa jauh lebih senior,
sehingga minta agar dipilih panglima yang lebih tua dari Usamah. Oleh
karena itu mereka menghubungi sahabat Umar bin Khaththab agar
meneruskannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, yang telah diangkat menjadi
pemimpin kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah Saw. Walaupun
Rasulullah Saw. sudah wafat, perintah beliau sudah diberikan sebelumnya,
sehingga harus ditaati oleh seluruh kaum muslimin. Pesan itu
disampaikan oleh Umar kepada Abu Bakar, namun Abu Bakar menolak
permintaan tersebut. “Itu perintah Rasulullah, aku tidak berani
melanggarnya,” ujar Abu Bakar. Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar,
orang-orang Anshar memutuskan akan menarik diri. Kepada mereka, Abu
Bakar tetap menegaskan sikapnya: “Aku tetap mengutus pasukan Usamah
seperti perintah Rasulullah Saw., meski binatang buas menerkam diriku.”
Jauh sebelum itu Rasulullah Saw. sendiri juga sudah menegaskan
keputusannya itu, dengan mengatakan. “Bila kalian mencela keputusanku
mengangkat Usamah, itu berarti kalian juga mencela pengangkatanku kepada
ayahnya, Zain bin Haritsah, pada Perang Mut’ah. Demi Allah, Zaid pantas
jadi pemimpin, begitu juga dengan anaknya, Usamah,” ujar Rasulullah di
tengah kondisi badannya yang sedang demam tinggi. Setelah itu Rasulullah
berpulang menghadap Ilahi. Pengangkatan Usamah menjadi panglima perang
itu terjadi pada tahun ke-11 Hijriyyah di Madinah. Namun
pemberangkatannya ke medan jihad tertunda karena wafatnya Rasulullah.
Setelah terjadi peperangan, terbukti, Usamah memang bukan pilihan
sembarangan Rasulullah. Ia memperlihatkan kualifikasinya sebagai
panglima perang yang andal. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh kaum
muslimin dengan gilang-gemilang. Usamah masih hidup ketika Utsman Ra.
menjadi khalifah ketiga
b. Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw.
Usamah adalah putra Zaid dari hasil pernikahannya dengan Ummu Aiman.
Sedangkan Ummu Aiman adalah wanita yang mengasuh Rasulullah setelah
beliau ditinggal wafat ibunya, Aminah. Tak mengherankan bila kemudian,
setelah diangkat menjadi utusan Allah Swt., Rasulullah Saw. menyebut
Ummu Aiman dengan kata-kata: “Dia adalah ibuku, dia adalah shahibul
baytku.” Sedangkan Zaid termasuk angkatan pertama yang masuk Islam,
sehingga sangat disayang Rasulullah Saw. dan bahkan diangkat sebagai
anak angkat dan pada gilirannya menjadi sahabat dekat. Maka wajar beliau
sangat bergembira menyambut kelahiran Usamah, yang lahir pada tahun
ke-7 sebelum hijrah. Rasulullah Saw. memperlakukan Usamah bagai anak
sendiri.
c. Besar di Medan Tempur
Karier awal Usamah sebagai tentara muslim dimulai pada perang Khandak.
Ketika terjadi Fathu Makkah, Rasulullah Saw. masuk ke Makkah dengan
mengendarai unta dan Usamah berada duduk di belakang beliau. Sungguh
suatu kehormatan yang tiada tara bagi Usamah. Sedangkan Bilal bin Rabah,
yang terkenal sebagai muadzin pertama, berada di sampingnya. Usamah
juga menyaksikan sendiri ketika ayahnya ditunjuk Rasulullah Saw. menjadi
panglima perang dalam Perang Mut’ah bersama Ja’far bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Rawahah. Sedangkan ia sendiri menjadi salah satu komandan
pasukan. Dalam pertempuran itu ketiga panglima tersebut menemui syahid.
Khalid bin Walid, yang menerima tongkat kepemimpinan pasukan setelahnya,
lantas menarik mundur pasukan muslim ke Madinah. Usamah ikut mundur
setelah mendapatkan kuda tunggangan ayahnya. Dampak dari kekalahan
tersebut, mental kaum muslimin jatuh. Banyak yang menyalahkan Khalid
mengapa memutuskan menarik mundur pasukan kaum muslimin. Untuk menggugah
dan memotivasi mental pasukan kaum muslimin, Rasulullah Saw. pada tahun
ke-11 Hijriyyah, setelah haji wada’, memerintahkan kaum muslimin
bersiap menahan laju tentara Romawi di Syam. Di dalam barisan itu ada
sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah
dan yang lainnya. Namun Rasulullah Saw. menunjuk Usamah sebagai
panglima perang. Waktu itu bulan Shafar tahun ke-11 Hijriyyah.
Rasulullah Saw. memanggil Usamah untuk mengangkatnya sebagai panglima.
“Pergilah ke tempat ayahmu dibunuh. Aku telah mengangkatmu menjadi
panglima pasukan ini,” demikian perintah Rasulullah Saw. Perintah
tersebut dijunjung tinggi oleh Usamah. Ia lantas menyiapkan pasukannya
di luar kota Madinah di suatu tempat yang bernama al-Jurf sampai
junjungannya itu wafat tak lama kemudian. Empat puluh tiga tahun
kemudian, di tempat itu pulalah Usamah mengembuskan napas terakhirnya
pada tahun 54 Hijriyyah. Tempat terbaik telah disediakan oleh Allah Swt.
untuk Usamah sebagai balasan atas ketaatan dan perjuangannya.
CS : GUS Sya'roni As Samfuriy
Home »
» Usamah Panglima Termuda Islam Besar di Medan Tempur Usamah Anak Ibu Susu Rasulullah Saw
mau nanya, sahabat yang di tunjuk rosululoh sebgai muadzin selain bilal siapa ya,.?
BalasHapus